Archive for June, 2025

Perusahaan B2B: Arti, Contoh, Strategi dan Indikator Kesuksesannya

Dalam praktik bisnis, perusahaan tidak hanya menjualkan produk atau layanan langsung kepada konsumen perorangan, tetapi ada juga perusahaan yang menjual produk ke perusahaan lain. Atau yang sering disebut dengan perusahaan B2B. 

Dalam dunia bisnis, perusahaan B2B (Business-to-Business) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan antar industri. Hal ini karena perusahaan B2B menjual produk atau layanan kepada bisnis lain untuk membantu mereka menjalankan bisnisnya hingga sampai ke tangan pelanggan lain. 

Nah pada artikel kali ini, kamu akan mempelajari lebih lanjut tentang apa itu perusahaan B2B, contohnya, jenis-jenisnya, serta apa saja indikator yang mengukur kesuksesan model bisnis ini. Yuk simak penjelasannya lebih lanjut.

Baca Juga: Mengulik Apa itu Cost Per Mille dan Cara Menghitungnya

Apa itu Perusahaan B2B?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perusahaan B2B adalah sebuah model bisnis yang berfokus pada transaksi komersial antara satu bisnis dengan bisnis lainnya. Hal ini berbeda dari bisnis pada umumnya yang langsung menjual produk/layanan langsung ke konsumen secara individual. 

Perusahaan B2B biasanya menyediakan produk atau layanan yang dibutuhkan oleh bisnis lain untuk perihal operasional, produksi, atau distribusi. Misalnya perusahaan yang menyediakan bahan baku, perangkat lunak, atau layanan konsultasi.

Selain itu, model B2B seringkali melibatkan transaksi dalam skala besar dan proses penjualan yang jauh lebih kompleks. Hal ini karena penggunaan produk atau layanan yang ditawarkan biasanya perlu mendapatkan persetujuan banyak pihak atau perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bisnis.

Hubungan antara perusahaan B2B dan pelanggan juga lebih bersifat kolaboratif untuk bersama-sama mencapai tujuan bisnis tertentu. Sehingga tidak heran jika kepercayaan, reputasi, dan kualitas layanan menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan sebuah perusahaan B2B dalam mempertahankan klien dalam jangka panjang.

Dengan kata lain, perusahaan B2B tidak hanya menjual produk atau layanan, tetapi juga membantu memberikan solusi untuk bisnis lain dalam mencapai tujuan mereka. Inilah yang membuat model bisnis B2B sangat penting dalam memastikan rantai suplai untuk industri bisnis secara keseluruhan.

Jenis dan Contoh Perusahaan B2B

Perusahaan B2B dapat dikategorikan berdasarkan jenis produk atau layanan yang ditawarkan. Berikut ini adalah beberapa jenis perusahaan B2B beserta contohnya:

  1. Produsen Bahan Baku: Perusahaan yang menyediakan bahan baku atau komponen yang dibutuhkan oleh bisnis lain untuk memproduksi suatu barang. Misalnya PT Indofood yang menjadi produsen tepung terigu sebagai bahan baku untuk industri makanan, roti, dan mie instan.
  2. Penyedia Perangkat Lunak dan Teknologi: Perusahaan yang menawarkan solusi teknologi atau perangkat lunak untuk membantu bisnis mengoptimalkan operasional mereka. Contohnya Microsoft yang menyediakan perangkat lunak seperti Microsoft Office untuk kebutuhan administrasi atau operasional bisnis.
  3. Layanan Konsultasi: Perusahaan yang menyediakan layanan konsultasi di bidang tertentu seperti keuangan atau hukum kepada bisnis lain. Contohnya Deloitte yang menyediakan layanan audit dan konsultasi untuk perusahaan lain.
  4. Distributor dan Pemasok: Perusahaan yang menjadi perantara untuk mendistribusikan produk dari produsen ke bisnis lain. Misalnya PT Indotruck yang menjadi distributor alat berat untuk bisnis logistik dan manufaktur.
  5. Penyedia Layanan Logistik: Perusahaan yang membantu bisnis dalam pengiriman, penyimpanan, dan penyaluran barang. Contohnya JNE yang menyediakan layanan pengiriman barang untuk bisnis e-commerce, retail, dan manufaktur.

Indikator Kesuksesan Perusahaan B2B

Secara umum, indikator keberhasilan atau kesuksesan suatu bisnis baik itu B2B maupun B2C hampir sama, namun berikut ini beberapa indikator yang bisa kamu terapkan untuk menilai kinerja perusahaan B2B, yaitu: 

1. Customer Retention Rate

Retensi pelanggan berarti seberapa banyak klien yang tetap setia menggunakan produk atau layanan perusahaan dalam periode tertentu. Tingkat retensi yang tinggi menunjukkan bahwa klien merasa puas dengan layanan yang diberikan sehingga hubungan bisnis menjadi semakin kuat. Apalagi siklus penjualan B2B seringkali lebih panjang sehingga meningkatkan retensi pelanggan adalah salah satu penilaian yang perlu diutamakan.

2. Customer Lifetime Value

CLV mengukur seberapa banyak total pendapatan yang didapat perusahaan dari setiap pelanggan. CLV yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mempertahankan klien dan meningkatkan nilai transaksi. Dalam B2B, penilaian pada tingkat CLV sangat diperlukan untuk membantu perusahaan mengidentifikasi mana pelanggan yang paling menguntungkan.

3. Conversion Rate

Tingkat konversi berarti berapa besar persentase prospek yang berubah menjadi pelanggan dan melakukan pembelian. Dalam B2B, proses konversi ini seringkali melibatkan tahapan yang lebih kompleks, sehingga tingkat konversi yang tinggi menunjukkan bahwa strategi pemasaran dan penjualan perusahaan cukup efektif dalam menarik minat pelanggan potensial.

4. Average Order Value

AOV adalah rata-rata nilai transaksi per pesanan. AOV yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menjual produk atau layanan dengan nilai tambah yang signifikan. AOV yang tinggi membantu perusahaan meningkatkan pendapatan tanpa harus meningkatkan jumlah pelanggan secara signifikan.

5. Net Promoter Score

NPS mengukur seberapa besar kemungkinan klien merekomendasikan perusahaan kepada bisnis lain. Skor NPS yang tinggi menunjukkan kepuasan dan loyalitas klien. Dalam B2B, rekomendasi dari pelanggan yang puas dapat menjadi sumber untuk mendatangkan prospek baru.

6. Sales Growth

Peningkatan penjualan tentunya menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu bisnis yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu menarik lebih banyak klien sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan. Jika pertumbuhan penjualan B2B terus konsisten, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu bersaing di pasaran.

7. Operational Efficiency

Efisiensi operasional yang tinggi dapat mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan. Dalam B2B, efisiensi operasional memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pemborosan, meningkatkan margin keuntungan, dan memberikan nilai atau harga yang lebih kompetitif kepada pelanggan.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Mengulik Apa itu Cost Per Mille dan Cara Menghitungnya

Dalam dunia pemasaran digital, CPM (Cost Per Mille) adalah salah satu metrik yang sering dibahas karena digunakan untuk mengukur efektivitas kampanye suatu iklan digital. CPM sering digunakan oleh digital marketer untuk mengevaluasi biaya iklan yang dijelaskan dan menentukan strategi pemasaran yang paling efisien dan tepat.

Jika kamu sedang memulai pemasaran iklan digital, kamu perlu menyimak artikel ini yang akan membahas lengkap tentang pengertian CPM, cara menghitungnya, perbedaannya dengan metrik lain, kelebihan dan kekurangannya, serta bagaimana cara mengoptimasi CPM untuk mencapai hasil yang terbaik.

Baca Juga: Mengenal Apa itu Pain Point Pelanggan dan Cara Penggunaannya

Pengertian CPM dan Cara Mengukurnya

CPM atau Cost Per Mille adalah sebuah metrik perhitungan biaya dalam dunia periklanan digital yang mengacu pada harga yang harus dibayarkan oleh pengiklan untuk setiap 1.000 kali tayangan (impression) yang didapatkan.

Artinya, CPM digunakan untuk mengukur berapa banyak uang yang harus dikeluarkan pengiklan agar iklan mereka dilihat oleh seribu orang. Metode ini sangat umum digunakan di beberapa platform pengelola iklan seperti Google Ads dan Facebook Ads.

Impressions ini merujuk pada berapa kali jumlah iklan ditampilkan kepada audiens, tanpa memperhitungkan apakah audiens tersebut benar-benar melihat atau berinteraksi dengan iklan tersebut. Untuk menghitung CPM, rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu:

CPM = (Biaya Iklan / Jumlah Impression) x 1.000

Sebagai contoh, seorang pengiklan membayar Rp 10.000.000 untuk kampanye iklan digital di Google Ads dan iklan tersebut berhasil mendapatkan 400.000 impression, maka CPM-nya dapat dihitung sebagai berikut:

CPM = (10.000.000 / 400.000) x 1.000 = Rp 25.000

Artinya, pengiklan membayar Rp 25.000 untuk setiap 1.000 kali iklan yang ditampilkan. Perhitungan ini sangat berguna dalam mengevaluasi anggaran iklan serta membandingkan performa antar platform periklanan. 

Selain itu, hal ini juga dapat membantu pengiklan dalam membuat keputusan yang tepat, mampu mengalokasikan anggaran dengan efisien serta dapat memprediksi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai target jumlah tayangan tertentu. 

CPM sangat cocok digunakan untuk kampanye yang bertujuan meningkatkan brand awareness karena fokus utamanya adalah menjangkau audiens sebanyak mungkin. 

Misalnya, suatu perusahaan meluncurkan sebuah layanan baru dan ingin mengiklankannya, maka pengiklan dapat menggunakan CPM untuk menampilkan iklan layanan agar mendapatkan eksposur yang tinggi meskipun tidak semua orang yang melihat iklan tersebut melakukan pembelian.

Perbedaan CPM vs CPC vs CPA

Dalam periklanan digital, ada beberapa teknik atau metode iklan yang umum digunakan diantaranya yaitu CPM (Cost per Mile), CPC (Cost Per Click), dan CPA (Cost Per Action). Lantas apa perbedaan utama dari CPM, CPC dan CPA?

Pertama, CPM berfokus pada jumlah tayangan iklan yang sangat cocok untuk kampanye  brand awareness. Hal ini karena tujuan utamanya adalah memastikan iklan dilihat oleh banyak orang dan tidak mementingkan apakah ada  interaksi atau konversi dari audiens setelah melihat iklan tersebut.

Sedangkan CPC berfokus pada berapa besar biaya yang dikeluarkan ketika seseorang mengklik iklan. Metode yang satu ini lebih cocok untuk kampanye peningkatan traffic ke situs web atau landing page. Jadi, pengiklan hanya membayar ketika audiens menunjukkan minat dengan mengklik iklan.

Sementara itu CPA merupakan metode iklan yang paling spesifik karena hanya membebankan biaya ketika pengguna melakukan tindakan tertentu, apakah itu pembelian, pengisian formulir, atau langganan newsletter. Metode ini sangat ideal untuk kampanye yang berfokus pada konversi atau pembelian.

Setiap metode iklan ini memiliki karakteristik, kelebihan, kekurang dan tujuan yang berbeda, sehingga dalam pemilihannya pengiklan harus menyesuaikan dengan tujuan kampanye dan target audiens perusahaan.

Kelebihan dan Kekurangan CPM

Dalam penggunaannya, metode CPM tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berikut ini beberapa kelebihan penggunaan CPM yang membuatnya sering digunakan pengiklan, yaitu:

  1. Sangat efektif untuk meningkatkan brand awareness. Iklan dengan metode CPM biasanya akan ditampilkan kepada audiens dalam jumlah besar, sehingga  meningkatkan kemungkinan iklan dilihat oleh banyak orang.
  2. Biaya per tayangan relatif rendah dibandingkan model lain. Dengan CPM, pengiklan hanya membayar untuk setiap 1.000 tayangan yang umumnya lebih hemat biaya dibandingkan model CPA yang fokus pada hasil konversi. 
  3. Memberikan gambaran jelas tentang seberapa sering iklan dilihat oleh audiens.  CPM memberikan data mengenai berapa besar jumlah tayangan iklan, sehingga pengiklan dapat mengevaluasi performa kampanye berdasarkan seberapa luas jangkauan iklan tersebut. 

Namun, ada juga beberapa kekurangan CPM yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Tidak menjamin bahwa audiens benar-benar melihat atau memperhatikan iklan tersebut. Meskipun iklan ditayangkan kepada ribuan orang, tidak ada jaminan bahwa audiens benar-benar melihat atau memperhatikan iklan tersebut. Terlebih banyak faktor seperti posisi iklan, durasi tayang, atau relevansi konten yang dapat mempengaruhi tingkat engagement iklan. Misalnya, iklan yang muncul di bagian bawah halaman mungkin kurang terlihat dibandingkan iklan di bagian atas.
  2. Jika iklan tidak dioptimalkan dengan baik, biaya per tayangan bisa menjadi mahal tanpa hasil yang signifikan. Tanpa strategi penargetan yang tepat, iklan CPM dapat ditayangkan kepada audiens yang tidak relevan, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak memberikan dampak nyata bagi bisnis. Oleh karena itu, penting bagi pengiklan untuk memastikan bahwa iklan mereka dirancang dengan baik dan ditayangkan kepada audiens yang tepat.
  3. Sulit untuk mengukur dampak langsung terhadap penjualan atau konversi. Karena metode ini hanya menghitung jumlah tayangan, tidak ada data yang menunjukkan apa yang dilakukan audiens setelah melihat iklan. Apakah mereka tertarik, mengklik, atau melakukan pembelian.

Cara Mengoptimasi CPM dalam Iklan Digital

Agar kamu mendapatkan hasil maksimal dari penggunaan metode CPM, berikut ini beberapa strategi optimasi yang bisa kamu coba lakukan, yaitu:

1. Pilih Platform yang Tepat

Platform tempat iklan ditayangkan sangat mempengaruhi efektivitas kampanye CPM. Pastikan untuk memilih platform yang sesuai dengan target audiens. Misalnya, jika audiens target adalah profesional atau pebisnis, kamu bisa memasang iklan di LinkedIn. Sedangkan jika untuk konsumen umum maka kamu bisa menggunakan platform iklan di Facebook, Instagram, atau YouTube Selain itu, pastikan platform tersebut memiliki alat analitik yang kuat untuk melacak performa iklan.

2. Optimalkan Penargetan Audiens

Penargetan audiens yang benar dan tepat adalah kunci keberhasilan CPM. Kamu bisa menggunakan fitur penargetan yang disediakan oleh platform iklan untuk menjangkau audiens yang lebih relevan. Retargeting juga bisa digunakan untuk menampilkan iklan kepada orang-orang yang sebelumnya telah berinteraksi dengan brand. Dengan begitu iklan akan ditayangkan kepada orang-orang yang memiliki kemungkinan untuk tertarik pada produk atau layanan yang ditawarkan.

3. Buat Desain Iklan yang Menarik

Desain iklan yang menarik secara visual dan informatif dapat meningkatkan kemungkinan audiens memperhatikan suatu iklan. Pastikan untuk menggunakan gambar atau video berkualitas tinggi yang relevan dengan pesan iklan. Sertakan teks singkat, jelas dan langsung menyampaikan nilai utama produk atau layanan. Jika perlu gunakan warna dan elemen visual yang mencolok untuk menarik perhatian. Ingatlah bahwa audiens sering kali hanya memiliki waktu beberapa detik untuk melihat iklan, jadi pastikan pesan utama tersampaikan dengan cepat.

4. Optimalkan Posisi Penempatan Iklan

Posisi iklan di halaman web atau aplikasi dapat mempengaruhi seberapa besar perhatian yang diterima iklan tersebut. Pilih opsi penempatan iklan di area yang lebih terlihat, seperti bagian atas halaman, di antara konten utama atau sebagai video pre-roll yang tidak dapat dilewati. Hindari menempatkan iklan di bagian bawah halaman atau area yang kurang terlihat, karena ini dapat mengurangi kinerja iklan.

5. Lakukan A/B Split Testing

Melakukan uji A/B adalah cara yang efektif untuk mengetahui format iklan mana yang paling berdampak pada performa iklan. Cobalah variasikan elemen-elemen seperti judul dan teks iklan, gambar atau video, warna tombol call-to-action (CTA), dan target audiens. Dengan membandingkan hasil dari setiap variasi, kamu dapat mengetahui kombinasi elemen mana yang paling efektif untuk meningkatkan performa CPM.

6. Pantau dan Analisis Performa Secara Berkala

Keenam jangan lupa melakukan pemantauan performa iklan secara berkala menggunakan alat analitik yang disediakan oleh platform iklan seperti jumlah tayangan iklan (impressions), jumlah unik audiens yang melihat iklan (reach), persentase audiens yang mengklik iklan setelah melihatnya (CTR), dan tingkat interaksi audiens dengan iklan (engagement rate). Jika performa iklan tidak sesuai harapan, kamu bisa melakukan penyesuaian pada desain, penargetan, atau anggaran.

7. Sesuaikan Anggaran Berdasarkan Performa

CPM dapat menjadi mahal jika tidak dioptimalkan dengan baik, sehingga kamu perlu menyesuaikan anggaran berdasarkan performa. Alokasikan lebih banyak anggaran untuk iklan atau audiens yang menunjukkan performa terbaik, dan kurangi atau hentikan anggaran untuk iklan yang tidak memberikan hasil signifikan. Kamu juga bisa menggunakan fitur bidding otomatis untuk menyesuaikan biaya per tayangan berdasarkan performa iklan.

Sekian pembahasan mengenai apa itu CPM, contoh, cara mengukur, perbedaan, kelebihan dan kekurangan serta cara optimasi CPM yang tepat. Masih belum memahami bagaimana mengelola iklan dan CPM untuk hasil yang maksimal? Itu berarti saatnya kamu meminta bantuan dari agensi digital profesional. 

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Mengenal Apa itu Pain Point Pelanggan dan Cara Penggunaannya 

Bisnis memang mencakup banyak sekali aspek yang perlu diperhatikan. Mulai dari bagaimana memahami kondisi pasar, mengidentifikasi produk atau layanan yang tepat hingga bagaimana cara memasarkan dan menjualnya. 

Selain itu, ada juga aspek lain yang perlu dipahami dalam bisnis berkaitan dengan calon pelanggan, yaitu pain point pelanggan. Pain point pelanggan adalah kunci yang menentukan apa masalah atau tantangan yang dihadapi oleh pelanggan dalam menggunakan produk atau layanan. 

Nah artikel kali ini akan membahas secara tuntas mulai dari pengertian pain point, cara mengidentifikasinya, jenis-jenisnya serta kegunaannya untuk bisnis. Yuk simak lebih lanjut.

Baca Juga: Customer Persona: Arti, Manfaat dan Cara Menentukannya

Pengertian Pain Point Pelanggan

Pain point pelanggan merupakan sebuah istilah yang merujuk pada masalah, kesulitan, atau tantangan yang dialami oleh pelanggan dalam proses menggunakan produk atau layanan. 

Masalah ini bisa berasal dari berbagai hal mulai dari fisik, emosional, finansial, atau bahkan teknikal. Pain point pelanggan bisa muncul dari berbagai kondisi, entah itu saat proses pencarian informasi, saat melakukan pembelian, atau bahkan saat menggunakan produk.

Pain point pelanggan sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh setiap bisnis untuk menghindari terjadinya berpindahnya calon pelanggan ke kompetitor. Dengan mengetahui pain point, bisnis bisa mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.

Contoh sederhana pain point adalah ketika pelanggan kesulitan menemukan informasi tentang produk di websitemu lalu mereka beralih ke website kompetitor yang menyediakan produk atau layanan di website mereka. Akhirnya alih-alih menggunakan layanan yang kamu tawarkan, pelanggan justru menggunakan layanan dari kompetitor.

Cara Mengidentifikasi Pain Point Pelanggan

Lantas bagaimana cara mengetahui atau mengidentifikasi pain point pelanggan? Untuk mengetahuinya kamu memerlukan pendekatan yang sistematis dengan basis data yang kuat. Berikut ini beberapa cara efektif untuk menemukan pain point pelanggan, yaitu;

1. Melakukan Survei dan Wawancara

Cara pertama yang harus kamu lakukan adalah mengumpulkan data pelanggan melalui survei dan wawancara langsung dengan pelanggan. Kedua cara ini merupakan metode yang paling efektif untuk memahami masalah apa yang sebenarnya mereka hadapi. Ajukan beberapa pertanyaan terbuka seperti, “Apa tantangan atau kendala yang kamu alami saat menggunakan produk kami?”. 

2. Menganalisis Data Pelanggan

Selain mengumpulkan data dengan cara di atas, kamu juga bisa melakukan analisis data pelanggan dengan melihat bagaimana riwayat pembelian, riwayat layanan pelanggan atau ulasan produk. Data tersebut juga bisa memberikan petunjuk nyata tentang masalah apa yang sering dihadapi pelanggan. Misalnya, jika banyak pelanggan mengeluhkan pengiriman yang lambat, maka ini bisa menjadi pain point yang perlu segera kamu atasi.

3. Memantau Media Sosial dan Forum Online

Selain lewat bagian ulasan layanan, pelanggan juga seringkali menyampaikan keluhan atau masalah mereka tentang suatu layanan di media sosial atau forum online. Hal ini tentunya bisa merugikan bisnis apalagi jika keluhan disampaikan dengan cara yang tidak tepat sehingga bisa memancing audiens lain untuk menjelek-jelekkan bisnis. Maka dari itu selalu lakukan pemantauan dalam platform ini agar dapat membantu bisnis mengidentifikasi pain point sekaligus mencegah hal yang merugikan perusahaan terjadi.

4. Menggunakan Analisis Customer Journey

Cara keempat kamu bisa melakukan analisis customer journey untuk melihat masalah yang dihadapi pelanggan. Customer journey mapping adalah teknik untuk memetakan seluruh perjalanan dan pengalaman pelanggan, mulai dari tahap awareness hingga pasca-pembelian. Dengan menganalisis setiap tahap, kami bisa menemukan titik-titik di mana pelanggan mengalami kesulitan atau ketidakpuasan.

5. Mengumpulkan Feedback dari Tim Sales dan Customer Service 

Terakhir kamu juga bisa mengetahui pain poin pelanggan dengan mengumpulkan feedback atau informasi dari tim sales dan tim customer service. Kedua tim ini merupakan ujung tombak bisnis yang berinteraksi langsung dengan pelanggan. Sehingga mereka seringkali mengetahui langsung bagaimana masalah yang sering dihadapi pelanggan.

Jenis-Jenis Pain Point Pelanggan

Pain point pelanggan dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sifat dan konteksnya. Memahami setiap jenis pain point akan membantumu menemukan solusi yang lebih spesifik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berikut ini adalah beberapa jenis pain point yang umum dihadapi oleh pelanggan:

1. Financial Pain Point

Financial pain point terjadi ketika pelanggan merasa bahwa produk atau layanan terlalu mahal, tidak memberikan nilai yang sepadan dengan harganya, atau menyebabkan pengeluaran tambahan yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang pelanggan mungkin merasa frustasi karena harus membayar biaya pengiriman yang tinggi. Untuk mengatasi financial pain point, kamu bisa menawarkan harga yang lebih kompetitif, promo diskon, atau paket hemat yang sesuai dengan anggaran pelanggan.

2. Productivity Pain Point

Productivity pain point berkaitan dengan ketidakmampuan pelanggan untuk menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan mereka. Contohnya, seorang profesional mungkin kesulitan menggunakan software tertentu karena fitur yang rumit atau tidak responsif. Maka dalam kasus ini, kamu dapat meningkatkan desain produk atau menyediakan panduan penggunaan yang lebih jelas untuk membantu pelanggan bekerja lebih produktif.

3. Process Pain Point

Process pain point berkaitan dengan kondisi ketika pelanggan menghadapi masalah dalam proses yang terkait dengan produk atau layanan. Misalnya, proses checkout yang panjang dan rumit di website e-commerce dapat membuat pelanggan meninggalkan keranjang belanja mereka. Untuk mengatasi process pain point, kamu perlu menyederhanakan proses yang ada, seperti mempercepat waktu loading website, mengurangi jumlah langkah dalam proses pembelian, atau menyediakan opsi pembayaran yang lebih fleksibel.

4. Support Pain Point

Support pain point terjadi ketika pelanggan merasa kurang puas dengan layanan pelanggan atau dukungan teknis yang diberikan. Misalnya, pelanggan mungkin merasa frustasi karena respons layanan pelanggan yang lambat atau solusi yang diberikan tidak memadai. Untuk mengatasinya kamu bisa meningkatkan kualitas layanan pelanggan dengan menyediakan saluran komunikasi yang lebih cepat dan responsif atau menyediakan FAQ yang lengkap di website.

5. Emotional Pain Point

Emotional pain point berkaitan dengan perasaan negatif yang dialami pelanggan, seperti stres, frustasi, atau kekecewaan. Misalnya, seorang pelanggan mungkin merasa cemas karena tidak mendapatkan konfirmasi pesanan setelah melakukan pembelian. Untuk mengatasinya, kamu bisa memberikan informasi yang lebih transparan, seperti notifikasi otomatis tentang status pesanan atau ucapan terima kasih setelah pembelian.

Kegunaan Pain Point Pelanggan untuk Bisnis

Memahami pain point pelanggan memiliki banyak manfaat bagi bisnis, berikut ini adalah beberapa kegunaan utama dari mengidentifikasi pain point pelanggan:

1. Meningkatkan Kualitas Produk atau Layanan

Dengan mengetahui pain point pelanggan, bisnis dapat mengidentifikasi apa yang  perlu diperbaiki dari produk atau layanan mereka. Misalnya, jika pelanggan mengeluhkan fitur aplikasi yang sulit digunakan, maka kamu dapat memperbaiki desain UI/UX untuk membuatnya lebih ramah pengguna. 

2. Menyusun Strategi Pemasaran yang Lebih Efektif

Pain point pelanggan dapat menjadi dasar untuk menyusun strategi atau teknik pemasaran yang lebih relevan dan persuasif. Misalnya, jika pain point pelanggan adalah harga produk yang mahal, maka bisnis dapat menawarkan promo atau paket yang lebih hemat. Dengan menyoroti solusi atas pain point, bisnis dapat menarik perhatian pelanggan potensial dan meningkatkan konversi penjualan.

3. Membangun Hubungan Emosional dengan Pelanggan

Pelanggan cenderung lebih loyal pada brand yang memahami dan peduli terhadap masalah mereka. Ini menunjukkan bahwa bisnis benar-benar mendengarkan dan berusaha menyelesaikan pain point mereka. Dengan begitu hubungan emosional yang kuat antara brand dengan pelanggan bisa terbentuk. Hal ini tentunya dapat meningkatkan retensi pelanggan dan mendorong mereka untuk merekomendasikan brand kepada orang lain.

4. Menghemat Biaya Operasional

Dengan mengidentifikasi pain point secepat mungkin, bisnis dapat menghindari masalah yang lebih besar di masa depan. Misalnya, jika pelanggan sering mengeluhkan waktu pengiriman yang lambat, bisnis dapat memperbaiki sistem logistik mereka sebelum masalah tersebut berdampak pada reputasi brand. Hal ini tentunya dapat menghemat biaya operasional yang mungkin dikeluarkan untuk menangani keluhan atau pengembalian produk.

5. Menciptakan Inovasi Baru

Pain point seringkali menjadi sumber inspirasi untuk inovasi produk atau layanan baru. Misalnya, jika pelanggan mengeluhkan kurangnya fitur tertentu dalam aplikasi, bisnis dapat mengembangkan fitur tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan terus berinovasi berdasarkan pain point, bisnis dapat tetap kompetitif di pasar yang dinamis.

Sekian pembahasan mengenai apa itu pain point pelanggan dan turunannya. Sekarang saatnya kamu menyusun dan menentukan bagaimana pain point pelanggan yang tepat untuk bisnismu. Dengan begitu kamu bisa mulai membangun strategi pemasaran dan penjualan yang lebih tepat sasaran.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Customer Persona: Arti, Manfaat dan Cara Menentukannya

Pernahkah kamu melihat suatu brand yang terlihat sangat aktif dalam berinteraksi dengan pelanggan dan selalu berhasil memperkenalkan produk/layanannya dengan tepat ke audiens? Salah satu kuncinya adalah brand tersebut mampu menganalisa customer persona dengan baik.

Apa yang dimaksud dengan customer persona? Singkatnya customer persona adalah sebuah karakteristik yang ditentukan brand untuk memberikan gambaran tentang pelanggan ideal yang mereka harapkan membeli atau menggunakan produk mereka.

Lantas seberapa penting customer persona ini berdampak terhadap kemajuan bisnis atau bran? Nah agar kamu mengetahuinya manfaat dari penetapan customer persona, yuk simak artikel ini lebih lanjut.

Baca Juga: Mengenal Apa itu Analisis SWOT, Cara dan Contoh Penerapannya

Pengertian Customer Persona

Customer persona adalah representasi atau gambaran pelanggan ideal yang dibuat oleh suatu brand atau perusahaan berdasarkan data dan riset tentang target pasar. Customer persona mencakup beberapa karakteristik mulai dari demografis, psikografis, perilaku, kebutuhan, tantangan, dan preferensi pelanggan. 

Tujuan utama pembuatan customer persona adalah untuk membantu bisnis lebih mudah memahami siapa audiens mereka secara lebih mendalam sehingga dapat menyusun strategi pemasaran yang lebih relevan dan efektif.  

Proses pembuatan dan penyusunan customer persona biasanya dilakukan dengan melalui beberapa tahap pengumpulan data, analisis demografi dan psikografi calon pelanggan, menggambarkan perilaku konsumen, serta mencari tahu tantangan dan kebutuhan pelanggan.

Contoh dan bentuk sederhana dari customer persona yaitu: “Budi, seorang pria berusia 25-35 tahun, tinggal di kota besar, bekerja sebagai profesional di bidang IT, memiliki minat pada teknologi dan sering berbelanja online”.

Jenis-jenis Customer Persona

Customer persona tidak hanya terbatas pada satu tipe saja. Ada beberapa jenis customer persona yang dapat dibuat berdasarkan tujuan bisnis dan karakteristik target pasar. Berikut ini adalah beberapa jenis customer persona yang umum digunakan:

  1. Buyer Persona

Buyer persona adalah representasi dari pelanggan yang membeli produk atau layanan. Fokus utama buyer persona adalah untuk memahami siapa yang membuat keputusan pembelian, apa yang mempengaruhi keputusan mereka, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan brand. 

Buyer persona ini membantu bisnis menyesuaikan strategi pemasaran agar lebih relevan dengan kebutuhan pembeli. Misalnya untuk produk kemeja dan blouse, buyer persona adalah seorang wanita muda yang mencari pakaian trendi dengan harga terjangkau.

  1. User Persona

User persona berbeda dengan buyer persona karena fokusnya adalah pada orang yang menggunakan produk atau layanan, bukan yang membelinya. Contohnya untuk mainan anak-anak, user persona adalah anak-anak yang bermain dengan mainan tersebut, sedangkan buyer persona adalah orang tua yang membeli mainan.

  1. Negative Persona

Negative persona adalah representasi dari orang-orang yang bukan target pasar bisnis. Tujuannya untuk mengidentifikasi siapa yang tidak cocok dengan produk atau layanan sehingga bisnis dapat lebih fokus pada audiens yang benar-benar potensial. Misalnya, jika sebuah brand fokus pada produk premium, maka negative persona mungkin adalah konsumen yang mencari produk murah dengan kualitas standar. 

  1. Decision Maker Persona

Decision maker persona adalah representasi dari individu yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan pembelian, terutama dalam konteks B2B (business-to-business). 

Decision-maker persona membantu bisnis memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian di tingkat perusahaan atau organisasi. Misalnya, dalam penjualan software CRM, maka decision-maker persona mungkin adalah marketing manager atau CMO. 

  1. Influencer Persona

Influencer persona adalah representasi dari individu yang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan pembelian orang lain. Influencer persona membantu bisnis dalam meningkatkan kepercayaan dan minat pelanggan. Misalnya untuk produk skincare, maka influencer persona bisa berasal beauty blogger yang sering direkomendasikan pelanggan.

  1. Loyal Customer Persona 

Loyal customer persona adalah representasi dari pelanggan yang sudah setia pada brand dan sering melakukan pembelian berulang. Tujuannya adalah untuk memahami apa yang membuat pelanggan tetap setia dan bagaimana cara mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Misalnya pelanggan loyal mungkin menyukai program reward atau penukaran poin.

Pentingnya Customer Persona untuk Bisnis

Lantas apa yang membuat customer persona menjadi begitu penting untuk bisnis? Berikut ini beberapa fungsi dan manfaat dari membuat dan menetapkan customer persona.

1. Memahami Pelanggan dengan Lebih Baik  

Customer persona memiliki peran yang sangat penting dalam membantu bisnis memahami pelanggan mereka secara lebih mendalam. Dengan customer persona, bisnis dapat memahami apa yang pelanggan inginkan, butuhkan, dan harapkan. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi pola perilaku dan preferensi konsumen. 

2. Meningkatkan Efektivitas Pemasaran  

Customer persona dapat membantu bisnis terutama tim pemasaran untuk bisa menyusun pesan pemasaran yang lebih relevan dan personal. Dengan begitu bisnis bisa membuat keputusan yang lebih tepat dan berfokus pada kebutuhan serta referensi dari target audiens. 

3. Mengoptimalkan Produk dan Layanan  

Customer persona dapat membantu dalam proses pengembangan produk atau layanan agar lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan mengetahui siapa pelanggan ideal, bisnis dapat merancang produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, memahami apa yang menjadi masalah/tangangan mereka sehingga dapat memberikan solusi yang benar-benar menjawab masalah tersebut.

4. Meningkatkan Retensi Pelanggan  

Customer persona juga berfungsi untuk meningkatkan retensi pelanggan. Ketika pelanggan merasa bahwa produk atau layanan dirancang khusus untuk mereka, kemungkinan besar mereka akan tetap setia pada brand dalam waktu yang lama.  Hal ini tentunya dapat meningkatkan retensi pelanggan dan baik untuk keberlangsungan bisnis kedepannya.

5. Menghemat Waktu dan Biaya  

Customer persona dapat membantu menghemat waktu dan biaya pemasaran sehingga bisa dialokasikan untuk menarik calon pelanggan yang lebih tepat. Dengan fokus pada calon pelanggan tersebut, bisnis dapat menghindari pemborosan biaya untuk kampanye pemasaran yang tidak relevan atau produk yang tidak diminati oleh audiens. 

4 Cara Menentukan Customer Persona

Agar kamu bisa menentukan customer persona dengan tepat, berikut ini adalah 4 cara yang bisa kamu lakukan untuk membuat customer persona:

1. Lakukan Riset 

Cara pertama untuk menentukan customer persona adalah melakukan survei dan wawancara langsung dengan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan datang yang akurat guna memahami kebutuhan, masalah, dan preferensi para pelanggan. Selain itu kamu juga perlu melakukan riset pasar untuk memahami bagaimana kinerja dan tren industri serta perilaku pelanggan secara umum.

2. Pahami Perilaku Pelanggan 

Cara kedua adalah melakukan analisa data dan informasi untuk memahami bagaimana perilaku pelanggan dan bagaimana mereka beranggapan atau berinteraksi terhadap suatu produk/layanan. Cari tahu apa saja faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli atau menggunakan suatu layanan. Lihat bagaimana pendapat mereka terhadap harga, kualitas, brand hingga ulasan mereka terhadap layanan tersebut.

3. Identifikasi Tantangan dan Kebutuhan

Selain mencari tahu bagaimana preferensi dan perilaku pelanggan, kamu juga harus mengidentifikasi apa saja masalah atau tantangan yang mungkin dihadapi pelanggan serta solusi apa yang mereka cari dan harapkan. Posisikan diri sebagai pelanggan untuk mengetahui apa yang membuat mereka merasa frustasi atau apa  yang mereka harapkan dari produk atau layanan.

4. Buat Representasi Visual

Setelah semua data terkumpul dari ketiga cara di atas, segera buat representasi visual dari data tersebut untuk membuat customer persona. Ubah data menjadi format profil pribadi yang mudah dipahami, seperti nama, usia, minat, tempat tinggal dan sebagainya. Agar memudahkan kamu dalam pembuatannya, berikut contoh customer persona yang bisa kamu modifikasi, yaitu:

  • Nama: Andi
  • Usia: 30 tahun
  • Profesi: Marketing Manager 
  • Lokasi: Jakarta
  • Minat: Teknologi, olahraga, dan traveling
  • Tantangan: Kesulitan menemukan alat fitness yang praktis untuk digunakan di rumah.
  • Kebutuhan: Produk fitness yang mudah digunakan dan tidak memakan banyak ruang.

Itulah pembahasan lengkap mengenai apa itu customer persona dan seberapa jauh dampaknya terhadap kemajuan bisnis. Dengan menetapkan customer persona, bisnis kamu dapat meningkatkan efisiensi pemasaran, memperkuat hubungan dengan pelanggan, dan mencapai pertumbuhan yang lebih pesat.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Mengenal Apa itu Analisis SWOT, Cara dan Contoh Penerapannya

Pernahkah kamu mendengar istilah analisis SWOT? Bagi kamu yang menjalani suatu usaha atau bisnis, analisis SWOT pasti sudah tidak asing didengar dan bahkan sering digunakan sehari-hari. Analisis SWOT  menjadi  salah satu teknik analisis yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kondisi perusahaan. 

Teknik ini dapat membantu untuk mengidentifikasi bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan dihadapi suatu bisnis. Dengan mempertimbangkan keempat aspek ini kamu bisa mengevaluasi apakah strategi yang dilakukan sudah efektif atau perlu perbaikan kembali.

Nah pada artikel kali ini akan membahas secara lengkap tentang pengertian analisis SWOT, bagaimana cara melakukannya, serta contoh penerapannya dalam bisnis.

Baca Juga: Panduan dan Cara Menentukan Target Pasar untuk Bisnis yang Efektif

Apa Itu Analisis SWOT?

Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis strategis yang digunakan untuk mengevaluasi empat aspek kritis dalam sebuah bisnis atau proyek. Keempat aspek tersebut yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats. 

Analisa ini membantu memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana kekuatan dan kelemahan bisnis serta melihat apa yang menjadi peluang dan ancaman bagi bisnis.

Analisis SWOT memiliki peran penting dalam menentukan strategi bisnis yang lebih tepat karena dapat membantu memahami bagaimana posisi bisnis di pasar. Hasil dari analisis SWOT juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi bisnis yang lebih terarah dan efektif. 

Misalnya, bisnis dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (S&O) atau mengatasi kelemahan untuk menghadapi ancaman (W&T). Dengan demikian, analisis SWOT bisa membantu bisnis untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terencana.

Secara lebih rinci berikut penjelasan dari masing-masing aspek analisis SWOT, yaitu:

  1. Strengths (Kekuatan):  Segala faktor internal yang menjadi kekuatan atau keunggulan dari bisnis. Kekuatan bisa dari berbagai hal yang bisa membuat bisnis lebih unggul dibandingkan pesaing. Misalnya teknologi yang lebih canggih atau lokasi yang lebih strategis.
  2. Weaknesses (Kelemahan): Segala faktor internal yang dapat menghambat kinerja bisnis atau yang menjadi kelemahannya. Misalnya modal uang kurang atau manajemen yang kurang efektif. 
  3. Opportunities (Peluang): Segala faktor eksternal apa yang bisa  dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis. Biasanya peluang bisa muncul dari perubahan permintaan pasar, perkembangan teknologi, atau kebijakan pemerintah yang mendukung.
  4. Threats (Ancaman): Segala faktor eksternal apa yang berpotensi mengganggu atau menghambat bisnis. Biasanya berasal dari persaingan yang ketat, perubahan regulasi, atau kondisi ekonomi yang tidak stabil. 

Analisis SWOT tidak hanya membantu dalam menyusun rencana yang strategis, tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan sehari-hari, sehingga bisnis dapat tetap kompetitif dan adaptif dalam menghadapi perubahan pasar.

6 Cara dan Tips Melakukan Analisis SWOT

Setelah memahami apa pengertian dari analisis SWOT, kamu bisa langsung mengikuti langkah-langkah berikut ini untuk melakukan analisis SWOT:

  1. Kumpulkan dan Gunakan Data yang Akurat

Sebelum melakukan analisis, kamu perlu mengumpulkan  data dan informasi yang akurat. Data ini akan menjadi pondasi utama dalam melakukan analisis ini karena keputusan yang diambil akan berdasarkan data. 

Pastikan data yang kamu gunakan sudah tepat dan akurat, karena data yang salah dapat mengarah pada strategi yang tidak efektif. Data ini  dapat kamu kumpulkan melalui survei, wawancara, observasi, atau analisis data laporan industri.

Pastikan bahwa data yang digunakan berasal dari sumber yang terpercaya dan diperbarui secara berkala agar analisis dapat mencerminkan kondisi aktual.

  1. Bentuk dan Libatkan Tim

Jangan hanya menyusun analisis seorang diri, tapi bentuk dan libatkan tim dari berbagai pihak. Dengan adanya tim yang beragam, maka kamu akan mendapatkan perspektif yang berbeda-beda, sehingga analisis SWOT menjadi lebih komprehensif. 

Dengan kolaborasi ini kamu juga sekaligus memastikan bahwa tidak ada aspek penting yang terlewatkan. Pastikan kamu membangun komunikasi yang terbuka dan transparan agar setiap anggota tim dapat berkontribusi secara maksimal.

  1. Fokus Pada Faktor SWOT yang Relevan  

Tidak semua kekuatan, kelemahan, peluang, atau ancaman memiliki dampak yang sama terhadap organisasi atau proyek. Oleh karena itu, penting untuk memilah dan menganalisa faktor-faktor yang paling berpengaruh dan memprioritaskannya. 

Misalnya, branding yang kuat atau kurangnya inovasi harus dipertimbangkan secara mendalam apakah faktor-faktor tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja bisnis.

  1. Gunakan Matriks SWOT untuk Menyusun Strategi

Matriks SWOT berfungsi dalam memvisualisasikan hubungan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Matriks ini menjadi alat yang efektif untuk merumuskan strategi yang terstruktur dan lebih terarah.

Dengan matriks ini, kamu dapat mengembangkan beberapa strategi seperti memanfaatkan kekuatan untuk mengambil peluang (SxO), mengatasi kelemahan untuk menghadapi ancaman (WxT), atau kombinasi strategi lainnya.

  1. Buat Skala Prioritas dan Rencana Tindakan

Kamu mungkin telah mendapatkan beberapa strategi yang ingin dijalankan. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua strategi harus dijalankan, kamu perlu menentukan prioritas bisnis berdasarkan dampak dan urgensinya. 

Jika kamu memiliki rencana tindakan, maka rencana terus harus mencakup langkah-langkah yang jelas mulai dari  jadwal pelaksanaan, dan penanggung jawab untuk setiap tugas. 

Dengan memiliki skala prioritas dan rencana tindakan yang jelas, suatu bisnis dapat memastikan apakah strategi yang dirumuskan dapat diimplementasikan secara efektif.

  1. Review dan Evaluasi Secara Berkala

Terakhir, jangan lupa lakukan review dan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa strategi yang dijalankan cukup relevan dan efektif. 

Ingat bahwa bisnis cenderung mengalami perubahan yang cepat, sehingga analisis SWOT dan strateginya perlu diperbarui secara berkala. 

Evaluasi ini juga memungkinkan bisa membantu tim dalam mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau disesuaikan. Dengan begitu bisnis tetap kompetitif dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Contoh Penerapan Analisis SWOT

Agar memudahkan kamu dalam memahami contoh penerapan analisis SWOT, kamu bisa melihat contoh analisis SWOT berikut ini dari studi kasus brand Indomie:

Contoh Analisis SWOT dalam Bentuk Tabel

AspekDeskripsi

Strengths (Kekuatan)
– Brand awareness yang sangat tinggi di Indonesia dan mancanegara
– Kualitas produk yang konsisten dan harga yang terjangkau
– Jaringan distribusi yang luas dan efisien
– Produk disesuaikan dengan selera lokal di berbagai negara
Weaknesses (Kelemahan)– Ketergantungan pada bahan baku impor seperti gandum
– Biaya produksi rentan naik turun sesuai nilai tukar mata uang
– Citra produk sebagai makanan cepat saji yang kurang sehat

Opportunities (Peluang)
– Ekspansi ke pasar global
– Diversifikasi produk untuk tren gaya hidup sehat (misalnya mi rendah lemak)
– Kolaborasi dengan influencer dan kampanye digital untuk menarik generasi muda
– Mengembangkan varian rasa baru untuk memenuhi preferensi konsumen 
Threats (Ancaman)– Persaingan ketat dari merek lokal dan internasional seperti Mie Sedaap dan Nongshim
– Isu kesehatan berkaitan dengan konsumsi mi instan (kandungan MSG yang tinggi)
– Perubahan regulasi pemerintah terkait keamanan pangan dan label nutrisi

Contoh Analisis SWOT dalam Bentuk Matriks SWOT

Strengths Opportunities
– Brand awareness tinggi
– Kualitas produk konsisten
– Harga terjangkau
– Jaringan distribusi luas
– Ekspansi ke pasar global terutama Afrika dan Asia Tenggara
– Diversifikasi produk untuk tren gaya hidup sehat
– Kolaborasi dengan influencer dan kampanye digital
– Pengembangan varian rasa baru
– Meningkatnya permintaan mi instan di pasar internasional
WeaknessesThreats
– Ketergantungan pada bahan baku impor (gandum)
– Rentan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang
– Citra produk kurang sehat

– Persaingan ketat dari merek lokal dan internasional
– Isu kesehatan terkait konsumsi mi instan
– Perubahan regulasi pemerintah terkait pangan dan label nutrisi
– Persepsi negatif tentang mi instan sebagai makanan kurang sehat
– Fluktuasi harga bahan baku akibat kondisi ekonomi global

Itulah serangkaian pembahasan mengenai apa itu analisis SWOT. Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis yang sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi bisnis dan menyusun strategi pemasaran yang efektif. Dengan begitu bisnis bisa mengambil keputusan yang lebih tepat dan mencapai tujuan dengan lebih cepat.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Panduan dan Cara Menentukan Target Pasar untuk Bisnis yang Efektif

Memulai sebuah bisnis membutuhkan banyak persiapan, mulai mempersiapkan modal dan biaya operasional, pengembangan produk hingga proses pemasaran dan penjualan. Namun sebelum melangkah lebih jauh, hal utama yang perlu kamu tentukan adalah siapa target pasar yang kamu tuju.

Menentukan target pasar adalah langkah krusial dalam membangun suatu bisnis. Sebab kamu harus memahami betul siapa yang menjadi calon pelanggan untuk bisnismu. Bisnis bahkan bisa kehilangan arah dan kesulitan mencapai tujuan jika kamu salah dalam menentukan target pasar.

Nah agar kamu bisa menentukan target pasar yang benar, artikel kali ini akan memberikan panduan lengkap tentang cara menentukan target pasar yang efektif, mulai dari pengertian hingga langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan. Yuk simak.

Baca Juga: Customer Retention: Arti, Seberapa Pentingnya dan Bagaimana Strateginya

Apa Itu Target Pasar?

Target pasar adalah sekelompok orang yang menjadi fokus bisnis. Mereka adalah orang-orang yang paling mungkin membeli produk atau layanan yang ditawarkan atau yang sering disebut dengan pelanggan potensial. 

Dengan menentukan target pasar, suatu bisnis dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya dengan fokus pada audiens yang benar-benar tertarik dengan produk yang ditawarkan. Misalnya, sebuah skincare menargetkan wanita berusia 20-35 tahun yang biasanya lebih peduli dan aktif dengan perawatan kulit.

Target pasar mungkin seringkali dianggap sama dengan target audiens, padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Target pasar berarti kelompok konsumen yang paling mungkin membeli produk atau layanan, sementara target audiens adalah kelompok yang menjadi sasaran pesan atau konten pemasaran. 

Target pasar biasanya cenderung lebih spesifik terkait dengan preferensi dan kebutuhan pembeli, sementara target audiens bisa lebih luas dan terdiri dari berbagai pihak yang memiliki juga memiliki kemungkinan untuk membeli. 

Contohnya sebuah merek pakaian anak-anak mungkin menargetkan orang tua sebagai target pasar, tetapi menargetkan kakek-nenek sebagai audiens untuk hadiah ulang tahun. 

Lalu seberapa penting target pasar? Di bawah ini beberapa alasan mengapa kamu harus menetapkan target pasar dengan benar, yaitu:

  1. Meningkatkan Efisiensi Pemasaran: Dengan mengetahui target pasar, bisnis bisa membuat strategi pemasaran yang lebih terarah dan efektif. Misalnya, jika target pasar adalah remaja, strategi pemasaran bisa fokus pada platform seperti TikTok atau Instagram.
  2. Mengurangi Biaya Operasional: Fokus pada segmen pasar tertentu dapat mengurangi risiko menghabiskan biaya untuk audiens yang tidak relevan. Iklan digital jadi bisa diarahkan kepada kelompok demografis yang paling potensial.
  3. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan: Produk atau layanan yang dirancang khusus untuk target pasar tertentu biasanya lebih memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga mereka cenderung lebih merasa puas dengan layanan yang ditawarkan.
  4. Membangun Loyalitas Pelanggan: Menentukan target pasar dapat membuat bisnis lebih memahami bagaimana karakteristik pelanggan. Pelanggan yang merasa dipahami biasanya lebih mungkin untuk kembali melakukan pembelian dan merekomendasikan bisnis kepada orang lain.  Hal ini tentu baik untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.

Cara Menentukan Target Pasar yang Efektif

Nah agar kamu bisa mulai mengetahui bagaimana menentukan target pasar yang benar, berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang bisa kamu lakukan untuk menentukan target pasar:

 1. Analisis Produk atau Layanan

Pertama, pahami dengan benar seperti apa produk atau layanan yang bisnismu tawarkan. Cari tahu apa yang menjadi keunggulannya, apa masalah yang bisa diatasi dengan menggunakannya dan siapa yang paling membutuhkan layanannya. Dengan begitu kamu bisa mengetahui nilai keunikan yang membedakan produkmu dengan produk lainnya. 

 2. Identifikasi Demografi

Kedua, cari tahu dan analisa bagaimana karakteristik dari target pasar atau calon pelanggan. Semakin detail karakteristik, maka akan semakin baik untuk mengetahui siapa kelompok yang paling tepat dengan layanan yang kita tawarkan. 

Cari tahu berapa rentang usianya, jenis kelamin hingga lokasinya. Contohnya jika menjual produk skincare untuk remaja, maka target pasar bisa berasal dari perempuan berusia 15-25 tahun yang tinggal di perkotaan.

 3. Pahami Perilaku dan Psikografi

Selain demografi, pelajari juga perilaku dan gaya hidup calon pelanggan, apa yang menjadi minat mereka, bagaimana kebiasaan belanja mereka, siapa yang mereka ikuti atau apa nilai atau keyakinan yang mereka pegang. Contohnya jika kamu menjual produk ramah lingkungan, maka target pasar mungkin dari orang-orang yang peduli dengan isu lingkungan.

 4. Lakukan Riset Pasar

Sebelum menentukan target pasar pastikan untuk melakukan riset pasar lebih dulu untuk mengetahui bagaimana realita di lapangan. Beberapa metode riset yang bisa kamu gunakan yaitu survei, wawancara, atau analisis data untuk mengumpulkan informasi tentang calon pelanggan. 

Kamu juga bisa menggunakan tools seperti Google Analytics, survei online (Google Forms, Typeform) atau media sosial (Instagram Insights, Facebook Audience Insights) untuk mendapatkan data di lapangan.

 5. Analisis Kompetitor

Jangan lupa untuk memeriksa dan menganalisa siapa saja yang menjadi kompetitormu dan pelajari bagaimana cara mereka melayani pelanggan. Cari tahu dan analisa celah atau kekurangan kompetitor yang bisa diisi oleh layanan yang kamu tawarkan. Contohnya jika kompetitor fokus pada produk premium untuk kelas atas, kamu bisa membuat layanan yang menargetkan kelas menengah.

 6. Segmentasi Pasar

Setelah mendapatkan gambaran besar tentang target pasar, selanjutnya kamu perlu membagi kelompok tersebut menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan kesamaannya. Hal ini agar memudahkan bisnis untuk membuat strategi pemasaran yang lebih spesifik. Contohnya, kamu bisa melakukan segmentasi berdasarkan kategori usia (remaja, dewasa muda, orang tua) atau pekerjaan (mahasiswa, profesional, ibu rumah tangga).

 7. Uji dan Evaluasi

Setelah menentukan target pasar beserta segmentasinya, segera lakukan uji coba dengan melakukan kampanye pemasaran berskala kecil. Lihat bagaimana proses dan hasil kampanye tersebut. Setelah uji coba selesai, kamu bisa menyesuaikan kembali target pemasaran agar lebih tepat. Contohnya, kamu bisa menjalankan iklan Facebook untuk target pasar yang sudah ditentukan dan analisis hasil engagement yang didapatkan.

Contoh Penentuan Target Pasar

Supaya kamu bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang cara menetapkan target pasar, berikut salah satu contoh dari setiap tahap di atas yang bisa kamu sesuaikan dengan kondisi bisnismu:

  1. Analisis Produk: Sepatu olahraga dengan desain modern dan harga terjangkau.
  2. Demografi: Pria dan wanita berusia 18-35 tahun, tinggal di kota besar.
  3. Perilaku dan Psikografi: Aktif di media sosial, menyukai gaya hidup sehat dan sering berolahraga.
  4. Riset Pasar: Hasil dari survei online menunjukkan bahwa 70% responden mencari sepatu olahraga dengan harga di bawah Rp 500.000.
  5. Analisis Kompetitor: Kompetitor fokus pada sepatu premium dengan harga yang lebih mahal, sehingga bisa menjadi peluang untuk menawarkan sepatu ke pasar menengah dengan harga terjangkau.
  6. Segmentasi: Target pasar sebelumnya dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu mahasiswa dan profesional muda.
  7. Uji dan Evaluasi: Menjalankan iklan Instagram untuk mahasiswa dan profesional muda dan lihat bagaimana metrik engagement-nya.

Demikian pembahasan tentang bagaimana cara menentukan target pasar yang benar. Dengan memahami siapa yang menjadi target pasar, suatu bisnis bisa membuat strategi pemasaran yang lebih tepat.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Customer Retention: Arti, Seberapa Pentingnya dan Bagaimana Strateginya

Sebagai customer pernahkah kamu merasa mendapat perlakuan berbeda dari suatu brand yang sudah kamu beli berkali-kali? Seperti mendapatkan penawaran menarik atau mendapatkan diskon yang besar. Nah itulah salah satu upaya yang dilakukan dalam customer retention.

Dalam dunia bisnis, mendapatkan pelanggan baru memang penting, tetapi mempertahankan pelanggan yang sudah ada juga harus lebih diperhatikan. Pasalnya pelanggan lama sangat penting dalam meningkatkan pendapatan dan penjualan bisnis secara berulang-ulang. 

Artikel ini akan membahas pengertian customer retention, alasan mengapa hal ini penting, serta strategi efektif untuk meningkatkan retensi pelanggan di era digital. Yuk simak lebih lanjut.

Baca Juga: Apa itu Sales Pipeline, Simak Tahapan dan Cara Membangunnya dengan Benar

Pengertian Customer Retention

Customer retention merupakan suatu istilah yang menggambarkan tindakan yang dilakukan sebuah bisnis untuk mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang. Customer retention juga berarti upaya untuk mempertahankan pelanggan agar tetap setia menggunakan produk atau layanan suatu bisnis. 

Mengapa customer retention perlu dilakukan? Tujuannya tidak lain adalah untuk  membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan sehingga mereka terus menggunakan produk atau layanan yang ditawarkan dan tidak beralih ke kompetitor. 

Retensi pelanggan jelas berbeda dengan akuisisi pelanggan. Akuisisi pelanggan fokus pada menarik pelanggan baru, sementara retensi pelanggan berfokus pada menjaga kepuasan dan loyalitas pelanggan yang sudah ada. 

Pelanggan lama memegang peranan penting dalam menjaga keuntungan bisnis karena itu perlu ada upaya khusus untuk mempertahankan mereka. Dengan program retensi yang baik, bisnis dapat mengurangi biaya pemasaran karena tidak perlu terus-menerus mencari pelanggan baru.

Mengapa Customer Retention Penting?

Secara khusus, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa customer retention sangat penting bagi bisnis:

1. Mengeluarkan Biaya Pemasaran yang Lebih Rendah

Seperti yang sudah disinggung di atas, biaya untuk mendapatkan pelanggan baru memerlukan biaya lebih mahal daripada mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Jika pemasaran dengan pelanggan baru harus banyak dilakukan di berbagai media terutama iklan, maka dengan pelanggan lama kamu hanya perlu menghubungi mereka kembali lewat kontak atau akun mereka yang sudah tersedia. Dengan fokus pada retensi, bisnis bisa dapat menghemat dan memangkas anggaran pemasaran secara signifikan.

2. Meningkatkan Profit Bisnis

Profit atau keuntungan bisnis biasanya datang dari para pelanggan lama atau pelanggan setia yang cenderung akan melakukan pembelian berulang. Mereka biasanya juga lebih tertarik untuk mencoba produk atau layanan baru yang ditawarkan bisnis. Hal ini tentu secara efektif bisa meningkatkan pendapatan bisnis secara signifikan.

3. Membangun Loyalitas dan Kepercayaan

Loyalitas tentu didapatkan dari pelanggan lama yang puas dengan layanan yang diberikan. Loyalitas pelanggan sangat penting untuk membantu bisnis agar semakin berkembang, dengan loyalitas ini pelanggan lama juga biasanya akan merekomendasikan layanan kepada orang lain. Ingat bahwa word-of-mouth marketing ini sangat efektif dan tidak memerlukan biaya tambahan.

4. Mengurangi Resiko Kehilangan Pelanggan

Di era yang serba tidak terbatas ini, kompetitor bisa muncul kapan saja. Jika kamu tidak bisa membuat strategi retensi yang baik, pelanggan lama bisa lebih tertarik menggunakan layanan dari kompetitor. Hal ini tentu dapat memberikan kerugian bagi bisnis. Sehingga penting untuk menyusun program retensi yang tepat dan menarik agar mengurangi risiko pelanggan setia beralih ke kompetitor.

5. Data Pelanggan yang Lebih Akurat

Pelanggan yang sudah lama menggunakan layanan biasanya lebih mengenal bisnis karena telah mengikuti perkembangan bisnis dari waktu ke waktu. Jika kamu meminta pendapat atau feedback dari mereka, mereka cenderung akan memberikan feedback yang lebih jujur dan membangun. Feedback ini sangat diperlukan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan.

7 Strategi Customer Retention di Era Digital

Di era digital, pelanggan memiliki banyak pilihan dan akses informasi yang luas. Oleh karena itu, bisnis perlu mengadopsi strategi yang tepat untuk mempertahankan pelanggan. Berikut adalah beberapa strategi customer retention yang efektif:

1. Personalisasi Pengalaman Pelanggan

Sebagai pelanggan kamu pasti senang jika ada bisnis yang memberikan pengalaman pembelian yang lebih personal. Strategi ini bisa secara efektif terbukti dapat membantu meningkatkan retensi pelanggan data pelanggan. Kamu bisa mendapatkan data pelanggan yang ada dan mengolahnya menjadi pesan personalisasi untuk menawarkan rekomendasi produk, diskon khusus, atau konten yang relevan dengan minat mereka. Contohnya, mengirim email dengan nama pelanggan atau menawarkan produk berdasarkan riwayat pembelian.

2. Program Loyalitas

Strategi kedua yang bisa kamu terapkan adalah dengan membuat program loyalitas yang memberikan reward kepada pelanggan setia. Umumnya reward ini berupa poin atau koin yang didapatkan dari setiap pembelian sebelumnya. Poin ini nantinya bisa ditukar dengan diskon atau hadiah yang disediakan oleh bisnis. Dengan begitu ini bisa membuat pelanggan merasa lebih dihargai dan mendorong mereka untuk terus berbelanja.

3. Layani Pelanggan dengan Responsif

Berhubung hampir segala layanan bisa diakses secara digital, maka pelanggan selalu mengharapkan respon yang cepat dari suatu bisnis. Jika kamu bisa melayani pelanggan dengan cepat dan responsif ini bisa membuat mereka senang karena merasa brand memperhatikan tanggapan dan pertanyaan mereka. Pastikan kamu memiliki tim customer service yang selalu siap membantu melalui chat, email, atau media sosial. Jika perlu lami juga bisa menggunakan chatbot untuk memberikan respon instan.

4. Manfaatkan Teknologi CRM

Strategi keempat yang bisa kamu lakukan untuk mempertahankan retensi pelanggan adalah dengan memanfaatkan alat Customer Relationship Management (CRM). CRM adalah alat yang dapat membantu bisnis mengelola interaksi dengan pelanggan. Dengan CRM, bisnis dapat melacak riwayat pelanggan, mengirim pesan otomatis, dan menganalisis data untuk meningkatkan retensi. Dengan begitu kamu bisa memantau dan memastikan bahwa setiap pelanggan lama tetap dilayani dengan benar.

5. Membagikan Konten yang Bermanfaat 

Strategi lain yang juga bisa membantu meningkatkan retensi pelanggan adalah dengan membagikan konten yang bermanfaat bagi pelanggan. Konten edukatif seperti tips, tutorial, atau informasi lainnya biasanya akan menarik perhatian pelanggan untuk melihat kembali layanan yang diberikan suatu bisnis. Konten ini tidak hanya dapat meningkatkan engagement tetapi juga mempertahankan kepercayaan pelanggan lama.

6. Meminta Feedback Secara Rutin 

Cara yang juga bisa kamu lakukan untuk mempertahankan pelanggan lama adalah dengan meminta feedback dari pelanggan secara rutin. Selanjutnya olah dan gunakan masukan tersebut untuk memperbaiki produk atau layanan. Pelanggan akan merasa sangat dihargai ketika melihat saran mereka diimplementasikan. Dengan begitu mereka bisa semakin percaya dengan bisnis dan tetap menggunakan layanan yang ditawarkan. 

7. Aktif Bermain di Media Sosial

Strategi terakhir yang bisa kamu lakukan dan terapkan adalah dengan bermain aktif di media sosial. Media sosial adalah platform yang efektif untuk berinteraksi dan berhubungan langsung dengan pelanggan. Pastikan kamu memanfaatkan  media sosial dengan baik dengan merespon komentar, mengadakan event interaktif seperti live atau kuos, atau sekadar berbagi konten menarik. Dengan begitu para pelanggan dapat merasa bahwa bisnis terus berinovasi dan peduli dengan pelanggan lama yang ada. 

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Apa itu Sales Pipeline, Simak Tahapan dan Cara Membangunnya dengan Benar

Dunia marketing erat kaitannya dengan sales atau penjualan, sebab marketing menjadi kunci bagaimana suatu produk/layanan bisa dikenal dan menjangkau banyak orang untuk akhirnya mereka pertimbangkan untuk membelinya.

Jika pada marketing terdapat funnel atau corong untuk menuju proses konversi, maka dalam sales terkenal dengan istilah, sales pipeline (pipeline penjualan). Sales Pipeline sangat penting untuk dipelajari agar suatu bisnis bisa memaksimalkan upaya penjualan di setiap tahapnya.

Artikel kali ini akan membahas pengertian sales pipeline, tahapan-tahapannya, serta bagaimana cara membangun sales pipeline yang efektif. 

Baca Juga: Apa itu B2B dan B2C dan Bagaimana Perbedaan Strateginya

Pengertian Sales Pipeline

Sales pipeline adalah representasi visual dari proses penjualan, mulai dari tahap awal pencarian hingga penutupan atau deal. Sales pipeline menjadi salah satu konsep penting yang dapat membantu perusahaan mengelola proses penjualan secara lebih efektif. 

Sales pipeline dapat membantu bisnis untuk memvisualisasikan tahapan penjualan, melacak kemajuan, dan mengidentifikasi area mana yang perlu ditingkatkan.

Pipeline ini juga membantu tim penjualan memahami dimana posisi setiap prospek atau calon pelanggan dalam proses penjualan dan apa yang perlu dilakukan untuk memindahkan mereka ke tahap berikutnya.

Dengan sales pipeline, bisnis dapat melacak kemajuan proses penjualan, memprediksi pendapatan, mengidentifikasi bottleneck (hambatan) dalam proses penjualan serta meningkatkan efisiensi tim penjualan.

Sales pipeline berbeda dengan sales funnel. Sales funnel lebih fokus pada jumlah prospek di setiap tahap, sementara sales pipeline fokus pada tindakan yang perlu dilakukan untuk memindahkan prospek ke tahap berikutnya.

Tahapan Sales Pipeline

Setiap bisnis mungkin memiliki sales pipeline yang berbeda, tergantung pada jenis produk atau layanan yang ditawarkan. Namun, secara umum berikut ini adalah tahapan sales pipeline yang biasa digunakan:

1. Prospek (Prospecting)

Tahap pertama dari sales pipeline ini adalah mencari prospek atau calon pelanggan potensial. Tahap ini merupakan bagian yang cukup banyak menyita waktu karena kamu harus mengumpulkan prospek sebanyaknya agar menjadi database yang bisa ditawarkan layanan/produk perusahaan. Cara mendapatkan proses bisa melalui berbagai cara misalnya dengan menghubungi via telepon, pengisian form atau konten di media sosial.

2. Kualifikasi (Qualifying)

Langkah kedua setelah menemukan prospek adalah menentukan apakah daftar prospek tersebut benar-benar potensial untuk menggunakan layanan yang ditawarkan. Kamu perlu mempertimbangkan bagaimana latar belakang mereka dan apakah mereka memiliki kebutuhan dan budget yang sesuai untuk menggunakan layanan/produk tersebut.

3. Pendekatan (Approach)

Ketiga, jangan lupa untuk melakukan pendekatan secara personal kepada prospek, baik dengan mengirim email, melakukan panggilan telepon, atau mengadakan meeting secara online atau offline. Hal ini bertujuan untuk bisa membangun hubungan yang positif dengan calon pelanggan dan memahami kebutuhan mereka lebih dalam.

4. Presentasi (Presentation)

Setelah melakukan pendekatan, kamu bisa beranjak ke tahap yang lebih dalam yaitu mempresentasikan produk atau layanan. Tahap ini bisa dikatakan merupakan tahap yang sangat krusial yang biasanya menjadi titik balik yang menentukan apakah prospek mau menggunakan layanan yang ditawarkan. Pastikan kamu memberikan presentasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi prospek berdasarkan hasil pendekatan sebelumnya.

5. Penanganan Keberatan (Handling Objections)

Setelah melakukan presentasi jangan lupa meminta masukan atau feedback dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya. Prospek pasti memiliki tanggapannya sendiri mengenai layanan yang ditawarkan. 

Biasanya mereka juga akan memberi tahu keberatan atau pertanyaan tentang produk atau layanan. Maka pada tahap ini kamu perlu mempersiapkan jawaban yang benar dan bisa meyakinkan prospek untuk menggunakan layanan.

6. Penutupan (Closing)

Istilah closing adalah bagian dari sales pipeline yang menjadi bagian akhir dari rangkaian proses penjualan. Tahap ini adalah bagian saat prospek memutuskan untuk melakukan pembelian atau menggunakan layanan yang ditawarkan. Pastikan untuk tetap menemani dan mengarahkan prospek hingga akhir agar memastikan semua dokumen dan proses diselesaikan dengan baik.

7. Tindak Lanjut (Follow-Up)

Tahap yang terakhir dari sales pipeline ini adalah dengan melakukan follow up kepada pelanggan. Setelah penjualan selesai, jangan biarkan pelanggan merasa tidak lagi dibutuhkan dan ditinggalkan. 

Cobalah melakukan follow-up untuk memastikan bagaimana kepuasan mereka dalam menggunakan layanan. Dengan begitu ini bisa membuka peluang untuk melakukan repeat order atau bahkan menjadi referal untuk orang sekitarnya.

Cara Membangun Sales Pipeline yang Efektif

Membangun sales pipeline yang efektif membutuhkan perencanaan dan eksekusi yang tepat. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan:

1. Tentukan Target Pasar

Cara pertama menentukan sales pipeline adalah dengan menentukan siapa yang menjadi target pasar yang ingin dituju. Cari tahu jenis audiens seperti apa yang akan cocok dan tertarik dengan layanan yang kamu tawarkan. Jika perlu lakukan analisa data demografis, perilaku, dan preferensi untuk menentukan profil pelanggan yang ideal.

2. Gunakan Tools CRM

Cara kedua, kamu bisa memanfaatkan software Customer Relationship Management (CRM) seperti HubSpot, Salesforce, atau Zoho CRM. Tools CRM ini dapat membantu kamu dalam mengelola dan melacak prospek dalam sales pipeline. Tools ini juga dapat memudahkan tim penjualan untuk berkolaborasi, mengolah data dan menganalisisnya dengan lebih tepat. Sehingga keputusan yang diambil bisa berdasarkan data yang akurat.

3. Buat Proses yang Jelas

Setelah mengetahui beberapa tahapan sales pipeline di atas, kamu bisa menentukan tahapan sales pipeline tersendiri yang sesuai dengan layanan bisnismu. Pastikan tahapan ini sudah didiskusikan dan dipahami dengan baik oleh setiap anggota tim. Jangan lupa sertakan kriteria yang jelas tentang sejauh mana prospek bisa beralih ke tahap berikutnya.

4. Lacak dan Analisis Data

Cara keempat, jangan lupa untuk melakukan pelacakan setiap prospek yang ada dalam sales pipeline. Lakukan analisis data untuk mengidentifikasi bagian mana yang menghambat atau perlu perbaikan. Misalnya, jika banyak prospek terjebak di handling objections maka berarti kamu perlu melatih tim agar bisa memahami layanan dan memberikan jawaban yang lebih meyakinkan.

5. Latih Tim Penjualan

Sehubungan dengan contoh di atas, kamu bisa melatih tim penjualan dengan keterampilan yang diperlukan agar bisa menjalankan setiap tahap sales pipeline dengan benar. Tim penjualan memegang peranan penting agar bisa mengajak dan meyakinkan prospek untuk menggunakan layanan bisnis. Jika perlu berikan pelatihan reguler agar bisa mengasah dan meningkatkan kemampuan mereka.

6. Otomatisasi Proses

Nah agar proses sales pipeline bisa lebih efektif dan efisien, kamu bisa memanfaatkan teknologi untuk mengotomatisasi tugas-tugas administratif yang repetitif. Misalnya seperti mengirim email follow-up atau mengingatkan tim tentang prospek yang perlu ditindaklanjuti. Dengan begitu kamu bisa lebih fokus menangani hal yang lebih penting sehingga bisa meningkatkan efisiensi tim penjualan.

7. Evaluasi dan Perbaiki

Terakhir jangan lupa melakukan evaluasi sales pipeline secara rutin untuk melihat mana bagian yang perlu dihapus, diperbaiki atau diganti. Sales pipeline bisa dirubah dengan berkala sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi tim penjualan. 

Pastikan kamu melakukan perbaikan berdasarkan feedback prospek atau tim penjualan dan dari data yang dikumpulkan. Hal ini agar keputusan yang dibuat bisa lebih relevan dan tepat sasaran. 

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Apa itu B2B dan B2C dan Bagaimana Perbedaan Strateginya

Secara umum, terdapat dua pembagian fokus bisnis, yaitu B2B (Business-to-Business) dan B2C (Business-to-Consumer). Kedua bagian ini menandakan adanya perbedaan model bisnis atau fokus utama produk/layanan bisnis yang ditujukan suatu perusahaan.

B2B dan B2C memiliki karakteristik, target pasar, dan strategi marketing yang berbeda satu sama lain. Setiap bisnis harus memahami dengan baik kedua hal ini agar bisa menentukan dan menjalankan strategi marketing yang benar.  

Nah bagi kamu yang belum mengetahui perbedaan keduanya, yuk simak artikel ini untuk membahas lebih lanjut tentang pengertian B2B dan B2C dan perbedaan strateginya.

Baca Juga: Apa itu Influencer? Kenali Jenis dan Cara Menjadi Influencer yang Sukses

Pengertian dan Perbedaan B2B dan B2C  

Sebelum membahas lebih lanjut tentang perbedaan keduanya, kamu perlu mengetahui perbedaan dasar dari arti B2B dan B2C. 

Apa Itu B2B?  

B2B atau Business-to-Business adalah sebuah model bisnis dimana transaksi terjadi antara dua bisnis atau perusahaan. Fokus utama B2B adalah memenuhi kebutuhan bisnis lain, bukan memenuhi kebutuhan konsumen secara perorangan. Model bisnis ini juga merupakan tipe bisnis yang berkelanjutan dan menawarkan solusi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Karena model ini melibatkan proses penjualan antar sesama bisnis, biasanya proses pembelian membutuhkan waktu panjang dengan berbagai pertimbangan yang lebih kompleks. Hal ini karena suatu perusahaan biasanya memerlukan waktu untuk menyusun dan negosiasi kontrak, memproses payment atau memproses pesanan. 

B2B biasanya cenderung memprioritaskan efisiensi operasional, kualitas produk, dan seberapa jauh layanan bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis perusahaan. Contohnya ada perusahaan software HR yang menyediakan platform HRIS untuk operasional karyawan di perusahaan tersebut atau perusahaan advertising yang menawarkan layanan iklan kepada perusahaan lain.

Apa Itu B2C?  

Sedangkan B2C atau Business-to-Consumer adalah kebalikannya, B2C adalah model bisnis dimana perusahaan menjual produk atau layanan langsung ke konsumen perorangan sampai akhir. Fokus utama B2C adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara langsung.  

Dibandingkan B2B, B2C biasanya melibatkan proses penjualan yang lebih cepat, karena seseorang tidak memerlukan banyak pertimbangan dalam memutuskan untuk membeli atau menggunakan suatu produk. Kunci B2B terletak pada bagaimana agar strategi pemasaran yang dilakukan bisa menarik perhatian konsumen dan fokus pada pengalaman belanja yang memuaskan dan menyenangkan.

B2C sering memanfaatkan platform digital seperti media sosial, e-commerce, dan aplikasi mobile untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Contoh dari B2C adalah restoran cepat saji, toko di marketplace Tokopedia atau Shopee, atau layanan streaming seperti Netflix atau Spotify.

Perbedaan B2B dan B2C  

Meskipun keduanya terlihat hampir serupa karena sama-sama melakukan penjualan produk atau layanan, B2B dan B2C memiliki perbedaan signifikan di beberapa aspek berikut, yaitu:  

Aspek PerbedaanB2BB2C
Target PasarBisnis atau perusahaan lainKonsumen individu/perorangan
Keputusan PembelianManajer, tim pembelian, atau C-LevelEmosi atau kebutuhan pribadi
Proses PembelianLebih panjang dan kompleks, melibatkan negosiasi, kontrak, dan persetujuan dari berbagai pihakLebih cepat dan sederhana, dapat langsung membeli produk tanpa melalui banyak tahap
Hubungan dengan PelangganHubungan jangka panjang, mengutamakan loyalitas dan kepercayaan pelanggan   Hubungan lebih singkat, mendukung loyalitas dan mempertahankan kepercayaan pelanggan  
Volume dan Nilai TransaksiTransaksi biasanya dalam jumlah besar, nilai yang tinggi namun frekuensi pembelian lebih kecilTransaksi dalam jumlah kecil, nilai yang lebih rendah dan frekuensi pembelian yang lebih tinggi

Strategi Marketing untuk B2B dan B2C  

Karena memiliki perbedaan dalam target pasar dan alur proses pembelian, maka strategi marketing untuk B2B dan B2C juga perlu dibedakan. Berikut adalah beberapa strategi yang efektif untuk masing-masing model bisnis:  

Strategi Marketing untuk B2B

Pemasaran produk/layanan ke pelanggan bisnis membutuhkan upaya yang lebih ekstra agar mereka mampu mempertimbangkan untuk menggunakan layanan yang diberikan. Pelanggan B2B biasanya sangat mempertimbangkan layanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi mereka. Maka beberapa strategi pemasaran yang bisa kamu lakukan, yaitu: 

  1. Content Marketing: Membuat konten yang informatif dan mendalam, perusahaan atau bisnis biasanya lebih menyukai informasi atau konten yang berdasarkan data atau studi kasus yang nyata. Dari sini kamu bisa memberikan solusi yang lebih tepat untuk membantu bisnis lain meningkatkan efisiensi dan keuntungan perusahaan.  
  2. Email Marketing: Gunakan email marketing untuk menjangkau prospek dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Email marketing biasanya disusun dengan kustomisasi dan profesional sehingga banyak disukai oleh berbagai perusahaan. Pastikan di email tersebut kamu mencantumkan informasi yang relevan dan memberikan penawaran khusus yang bisa menarik perhatian.  
  3. LinkedIn Marketing: LinkedIn adalah salah platform ideal untuk B2B karena banyak profesional dan pengambil keputusan yang aktif di sana. Kamu bisa menggunakan LinkedIn Ads atau posting konten yang relevan dengan mengelola bagaimana layanan yang kamu tawarkan dapat membantu lebih banyak bisnis untuk bisa berkembang.  
  4. Partnership dan Kolaborasi: Kamu juga bisa memanfaatkan kesempatan kerjasama atau membangun kemitraan dengan bisnis lain sebagai salah satu strategi pemasaran yang bisa berguna dalam memperluas jangkauan dan meningkatkan kredibilitas bisnis perusahaan.  

Strategi Marketing untuk B2C  

Selain B2B, B2C juga memiliki strategi pemasarannya sendiri. Pelanggan B2C umumnya jauh lebih menyukai konten yang menarik dan bisa meyakinkan mereka untuk menggunakan produk/layanan yang diberikan. Berikut beberapa strategi marketing yang bisa coba kamu lakukan, yaitu:

  1. Social Media Marketing: Kamu bisa memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook untuk menjangkau lebih banyak konsumen dengan membuat konten yang menarik perhatian baik dari sisi visual, informasi, nilai, produk atau bagaimana testimoni orang-orang.  
  2. Influencer Marketing: Strategi pemasaran yang biasanya cukup ampuh oleh pelanggan B2C adalah dengan melakukan kolaborasi dengan influencer untuk mempromosikan produk/layanan kepada audiens mereka. Pastikan untuk memilih influencer yang sesuai dengan niche dan target pasar bisnismu.
  3. Promosi dan Diskon: Strategi yang juga tidak kalah ampuh untuk pelanggan B2C adalah dengan menawarkan promo, diskon, atau program loyalitas. Hal ini biasanya hampir selalu berhasil menarik minat pelanggan untuk kembali membeli layanan sehingga dapat meningkatkan penjualan dalam waktu singkat.  
  4. Pengalaman Pelanggan yang Personal: Pemasaran yang juga bisa kamu berikan terhadap pelanggan B2C adalah dengan memberikan layanan yang ramah, responsif dan personal.  Kamu bisa memanfaatkan data pelanggan sebelumnya untuk menawarkan rekomendasi produk yang sesuai dengan preferensi mereka.  

Sekian pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan B2B dan B2C. Sekarang kamu telah mengetahui perbedaan masing-masing dari tiap model bisnis dan bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk keduanya. 

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Apa itu Influencer? Kenali Jenis dan Cara Menjadi Influencer yang Sukses

Di era serba digital ini banyak orang yang memiliki minat untuk menjadi seorang influencer. Influencer merupakan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini, gaya hidup, dan keputusan pembelian audiensnya. Banyak yang tertarik dengan posisi yang satu ini mengingat begitu banyak keuntungan yang akan didapatkan.

Saat ini influencer seolah menjadi ujung tombak bisnis digital agar bisa berkembang luas dan dikenal banyak orang.  Nah jika kamu berencana untuk bekerja sama dengan influencer untuk meningkatkan bisnismu, ada baiknya kamu simak artikel ini lebih dulu.

Artikel ini akan membahas tentang apa itu influencer, bagaimana cara menjadi influencer, dan apa saja keuntungan serta tantangannya. Yuk bersama simak sampai akhir.

Baca Juga: Cara Menentukan Rate Card, Strategi dan Cara Menegosiasikannya

Apa Itu Influencer?

Influencer adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki pengaruh besar terhadap audiensnya, terutama di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, atau Twitter. 

Influencer biasanya identik dengan memiliki banyak followers yang tertarik dan terlibat aktif dengan konten yang mereka bagikan. Selain itu influencer juga erat kaitannya dengan seseorang yang membahas satu topik tertentu dengan rutin baik itu tentang gaya hidup, kecantikan, teknologi, atau bidang lainnya.  

Di era digital ini kehadiran influencer dianggap menjadi kunci utama yang perlu dilakukan oleh hampir setiap bisnis. Hal ini karena seorang influencer memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mengajak dan mendorong kepercayaan dengan audiens secara online.

Hal ini dapat terlihat ketika seorang influencer merekomendasikan suatu produk atau layanan, banyak orang cenderung mempercayai rekomendasi tersebut. Inilah yang membuat influencer menjadi alat pemasaran yang saat ini tengah efektif dan banyak dilakukan di era digital.  

Jenis-Jenis Influencer

Influencer dapat dikategorikan berdasarkan beberapa hal, seperti jumlah followers, niche atau platform yang digunakan. Berikut ini beberapa jenis pembagian influencer yang paling umum, yaitu:  

Berdasarkan Jumlah Followers

Berdasarkan jumlah followers, terdapat influencer dibagi menjadi empat jenis yaitu:

  1. Mega Influencer: Influencer dengan lebih dari 1 juta followers, biasanya berasal dari kalangan selebriti atau public figure.  
  2. Macro Influencer: Influencer dengan 100.000 hingga 1 juta followers yang umumnya berasal dari ahli di bidang tertentu.  
  3. Influencer: Influencer dengan 10.000 hingga 100.000 followers yang dikenal memiliki engagement rate yang tinggi.  
  4. Nano Influencer: Influencer dengan kurang dari 10.000 followers, biasanya mereka sangat dekat dengan audiens dan dianggap lebih autentik dan organik.

Berdasarkan Niche atau Bidang

Berdasarkan tipe Niche atau topik, terdapat beberapa jenis influencer yaitu:

  1. Beauty Influencer: Influencer yang berfokus membuat konten kecantikan, seperti makeup, skincare, dan perawatan diri.  
  2. Fashion Influencer: Influencer yang berfokus pada fashion seperti gaya berpakaian, tren dan rekomendasi produk fashion.  
  3. Travel Influencer: Influencer yang berfokus untuk membagikan konten tentang pengalaman traveling, tips liburan, dan rekomendasi destinasi.  
  4. Lifestyle Influencer: Influencer yang berfokus pada pembuatan konten kesehatan, olahraga, dan gaya hidup sehat.  
  5. Tech Influencer: Influencer yang berfokus membahas produk teknologi terbaru, gadget, dan tips seputar teknologi.  

Berdasarkan Platform

Terakhir, ada beberapa jenis influencer berdasarkan asal platformnya, yaitu:

  1. Instagram Influencer: Influencer yang berfokus pada konten visual seperti foto dan video pendek di platform Instagram atau yang disebut dengan Selebgram.
  2. YouTube Influencer: Influencer yang berfokus pada pembuatan konten video durasi panjang, seperti tutorial, review, atau vlog di platform Youtube atau yang disebut dengan Youtuber.
  3. TikTok Influencer: Influencer yang fokus membagikan konten video pendek yang kreatif dan menghibur di platform  TikTok atau yang disebut dengan TikToker.
  4. Blog Influencer: Influencer yang berfokus membagikan konten tulisan berupa artikel atau esai panjang di blog pribadi atau platform menulis lainnya, sering juga disebut sebagai Blogger. 

Cara dan Langkah Menjadi Influencer  

Banyak orang yang kini tertarik menjadi seorang influencer, namun mereka belum tahu bagaimana cara untuk mulai melakukannya. Perlu diingat bahwa menjadi Influencer adalah sebuah proses panjang dan tidak instan. 

Perlu adanya konsistensi, kreativitas, dan strategi yang tepat untuk bisa dikenal dan mendapatkan banyak pengikut di suatu platform. Nah di bawah ini adalah langkah-langkah untuk memulai karir sebagai influencer:  

1. Tentukan Niche atau Bidang yang Kamu Kuasai  

Cara menjadi Influencer yang pertama adalah tentukan dan pilih bidang yang sesuai dengan minat dan keahlian kamu. Mulailah dengan memilih niche yang spesifik agar bisa membantumu untuk membangun audiens dan konten yang lebih terarah. Misalnya, jika kamu suka makeup dan dress up maka fokuslah membuat konten-konten seputar kecantikan.

2. Buat Konten yang Berkualitas dan Konsisten  

Nah setelah kamu menentukan tipe niche konten, selanjutnya adalah buat berbagai konten yang berkualitas dan sesuai dengan niche tersebut. Jangan lupa untuk buat konten dengan konsisten, karena konsisten adalah kunci kesuksesan seorang influencer. 

Pastikan konten yang kamu buat dibungkus dengan menarik, informatif, dan relevan dengan audiens. Kamu bisa memanfaatkan beberapa alat editing seperti Canva, CapCut atau Adobe Premiere.  

3. Bangun Personal Brand yang Kuat  

Ketiga, jangan lupa untuk membuat dan membangun personal brand yang khas dan unik. Personal brand adalah citra yang ingin kamu tunjukkan kepada audiens, apakah citra yang humoris, friendly, ramah atau profesional. Personal brand berkaitan juga nilai atau pesan yang ingin kamu sampaikan dan bagaimana kamu ingin dilihat atau dipandang oleh audiens dan followers.

4. Manfaatkan Media Sosial  

Selanjutnya kamu bisa pilih beberapa platform media sosial yang sesuai dengan jenis konten yang kamu buat. Kamu bisa berfokus pada satu platform saja atau membuat akun di beberapa platform berbeda. 

Hanya saja perlu kamu ingat bahwa setiap platform memiliki audiens dan pertumbuhan akun yang berbeda-beda. Jadi kamu perlu menyusun strategi dan membuat konten yang tepat untuk setiap platform. Jangan lupa untuk aktif dalam mengelola keduanya dengan benar.  

5. Berinteraksi dengan Audiens  

Kelima jangan lupa untuk terus aktif dalam berinteraksi dengan audiens atau followers. Usahakan untuk selalu memberikan respon seperti memberikan suka, komentar, membalas pesan atau menerima feedback dan masukan dari followers. Ingat bahwa suatu akun bisa menjadi besar karena kekuatan audiens dan followers. Teruslah membangun interaksi yang baik agar bisa meningkatkan engagement rate dan meningkatkan loyalitas audiens.  

6. Kolaborasi dengan Brand atau Influencer Lain  

Terakhir, jangan lupa untuk terbuka dalam menjalin hubungan atau kerjasama dengan brand atau influencer lain. Baik berasal dari niche yang sama atau bahkan berbeda sama sekali. Dengan adanya kolaborasi kamu bisa terbantu untuk mendapatkan exposure (paparan) yang lebih luas sehingga akunmu bisa menjangkau lebih banyak orang. Selain itu hal ini juga bisa menambah poin kredibilitas di media sosial karena membuktikan bahwa kamu termasuk orang yang dapat memberikan pengaruh di tengah audiens digital.

4 Keuntungan dan Tantangan Menjadi Influencer  

Menjadi influencer memang terlihat banyak memberikan berbagai keuntungan, baik secara finansial maupun personal. Berikut ini adalah beberapa keuntungan umum yang bisa kamu dapatkan dengan menjadi seorang influencer, yaitu:  

  1. Penghasilan yang Menjanjikan: Influencer dapat menghasilkan uang yang cukup menjanjikan dengan konten bersponsor, affiliate marketing atau menjualkan produk sendiri. Semakin besar pengaruh kamu di media sosial maka semakin tinggi penghasilan yang bisa kamu dapatkan.  
  2. Kesempatan Kolaborasi dengan Brand Terkenal: Influencer biasanya akan banyak diundang dengan brand kecil sampai besar untuk bekerja sama mempromosikan produk mereka. Tentunya ini  bisa menjadi kesempatan yang langka untuk mencoba produk gratis atau mendapatkan bayaran dari hasil kerjasama.
  3. Membangun Jaringan yang Luas:  Sebagai influencer, tentu kamu akan bertemu dengan banyak orang, baik itu sesama influencer, profesional, atau followers. Hal ini tentunya sangat berguna dalam memperluas jejaring sosial yang baru dari berbagai kalangan. 
  4. Kebebasan Kreatif: Sebagai seorang influencer, kamu berkaitan erat dengan konten yang harus beragam dan kreatif. Tidak heran banyak influencer yang berkreasi dengan bebas untuk mengekspresikan diri dan menciptakan konten sesuai dengan passion atau audiens.  

Meskipun menawarkan banyak keuntungan, menjadi influencer juga memiliki beberapa tantangan tersendiri. Berikut adalah beberapa tantangan yang harus kamu hadapi jika menjadi seorang influencer, yaitu:  

  1. Kompetisi yang Ketat: Industri influencer sangat kompetitif karena banyak orang yang ingin dan berusaha bertahan untuk menjadi influencer. Sehingga kamu harus terus berinovasi agar bisa mempertahankan atau meningkatkan pengaruh kamu dengan audiens di media sosial.
  2. Tekanan untuk Selalu Menghasilkan Konten: Media sosial selalu diisi dengan berbagai jenis konten yang beragam. Audiens selalu mengharapkan konten yang baru secara rutin. Tentunya hal ini bisa menjadi tekanan tersendiri, terutama jika kamu sedang kesulitan atau kehabisan ide.  
  3. Kritik dan Hate Comments: Sebagai influencer kamu kini menjadi tokoh publik di media sosial, sehingga kamu mungkin akan lebih mudah menerima kritik atau komentar negatif jika melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan audiens.
  4. Perubahan Algoritma Media Sosial: Perubahan algoritma platform media sosial juga dapat menjadi tantangan tersendiri. Kamu harus selalu update dengan tren yang ada maupun dengan fitur dan pembaharuan dari media sosial agar bisa menyusun dan menerapkan strategi baru.  

Itulah serangkaian pembahasan mengenai apa itu influencer dan bagaimana keuntungan serta tantangannya. Meskipun menjadi influencer terlihat mudah dan menjanjikan, nyatanya ada beberapa tantangan besar yang mungkin akan dihadapi.  

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Goggle tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!