Posts Tagged ‘Technical’

Apa itu Technical SEO? Dasar & Best Practice Technical SEO

Banyak pemilik website fokus pada konten dan strategi kata kunci, tetapi sering melupakan satu aspek penting yang menjadi fondasi performa SEO secara keseluruhan: Technical SEO.

Technical SEO mencakup semua optimasi teknis di balik layar yang memastikan website kamu bisa diakses, dipahami, dan diindeks dengan baik oleh mesin pencari seperti Google.

Tanpa optimasi teknikal yang tepat, sebaik apa pun konten yang kamu buat tetap berisiko tidak muncul di hasil pencarian. 

Jika kamu ingin website tampil optimal di mata pengguna dan mesin pencari, memahami technical SEO adalah langkah awal yang wajib kamu kuasai. Yuk simak pembahasan seputar technical SEO dibawah ini. 

Baca Juga: Tag No Index: Arti, Tujuan dan Cara Mengaplikasikannya

Apa itu technical SEO?

Technical SEO adalah proses mengoptimasi aspek teknis dari sebuah website agar dapat diakses, dirayapi (crawled), dipahami, dan diindeks secara efisien oleh mesin pencari, terutama Google.

Berbeda dengan on-page SEO yang fokus pada konten dan kata kunci, technical SEO berfokus pada struktur dan performa teknis website, seperti kecepatan halaman, arsitektur URL, keamanan HTTPS, hingga penggunaan sitemap XML.

Tujuan utamanya adalah memastikan mesin pencari bisa menavigasi website kamu tanpa hambatan, sehingga konten yang kamu buat memiliki peluang lebih besar untuk muncul di hasil pencarian (SERP).

 Dengan technical SEO yang solid, website kamu tidak hanya cepat dan responsif, tapi juga lebih mudah bersaing di halaman pertama Google.

Mesin pencari seperti Google menggunakan bot (crawler) untuk menjelajahi dan memahami setiap halaman di internet. Tanpa technical SEO yang baik, bot bisa saja mengalami kesulitan dalam mengakses atau menafsirkan struktur website kamu.

Baca Juga: Apa itu Cumulative Layout Shift? Dan Cara Optimasinya

Mengapa technical SEO penting? 

Jika halaman website tidak dapat diakses atau dipahami oleh mesin pencari, maka konten sebagus apa pun tidak akan muncul di hasil pencarian (SERP). Akibatnya, kamu kehilangan trafik organik dan peluang bisnis yang berharga.

Technical SEO memastikan bahwa website kamu mudah di-crawl, bebas dari kendala teknis, dan cepat diindeks oleh crawler seperti Googlebot. Google hanya dapat mengindeks halaman yang bisa diakses.

 Jika ada problem technical seperti struktur navigasi yang kacau, robots.txt yang keliru, atau sitemap yang tidak optimal, maka konten kamu bisa terabaikan sepenuhnya oleh mesin pencari.

Selain itu, kecepatan website dan tampilan yang mobile-friendly juga telah dikonfirmasi sebagai faktor peringkat. Jika halaman kamu lambat atau tidak nyaman digunakan di perangkat mobile, pengguna cenderung meninggalkan website (bounce). 

 Perilaku ini memberi sinyal negatif ke Google bahwa pengalaman pengguna di situs kamu buruk, dan dampaknya bisa menurunkan posisi di hasil pencarian.

Best practices technical SEO

Untuk memastikan website kamu bekerja optimal di mata mesin pencari, berikut adalah praktik terbaik technical SEO yang sebaiknya kamu terapkan secara rutin:

1. Gunakan HTTPS (SSL)

Pastikan semua halaman website menggunakan protokol HTTPS. Selain menjaga keamanan data pengguna, ini juga merupakan sinyal peringkat resmi dari Google. 

Cek: apakah versi non-HTTPS otomatis redirect ke HTTPS?

2. Optimalkan Struktur URL

Gunakan URL yang singkat, deskriptif, dan mengandung kata kunci. Hindari karakter atau parameter yang tidak perlu.

Contoh baik: https://domain.com/strategi-seo
Hindari: https://domain.com/?p=123

3. Perbaiki Kecepatan Website (Core Web Vitals)

Optimasi metrik utama seperti:

  • LCP (Largest Contentful Paint): waktu muat elemen utama halaman
  • FID (First Input Delay): waktu respons pertama saat user berinteraksi
  • CLS (Cumulative Layout Shift): stabilitas layout saat memuat

Gunakan tools seperti PageSpeed Insights atau Lighthouse untuk audit.

4. Pastikan Mobile-Friendly

Google menggunakan mobile-first indexing, jadi pastikan tampilan di perangkat mobile nyaman: layout responsif, font terbaca, dan tombol mudah diklik.

5. Submit Sitemap & Kelola Robots.txt

  • Kirim sitemap.xml ke Google Search Console untuk memudahkan perayapan halaman penting.
  • Pastikan file robots.txt tidak memblokir halaman yang seharusnya muncul di SERP.

6. Gunakan Canonical Tag

Hindari masalah duplikat konten dengan menyertakan tag canonical di halaman yang punya versi serupa atau URL berbeda (misal: dengan UTM atau filter produk).

7. Terapkan Structured Data (Schema Markup)

Tambahkan schema yang sesuai seperti FAQ, Product, Breadcrumb, atau Review untuk meningkatkan kemungkinan tampil di rich results Google.

8. Audit Internal Linking

  • Hubungkan antarhalaman yang relevan untuk memudahkan navigasi dan mendistribusikan otoritas halaman.
  • Hindari link ke halaman rusak (404) atau redirect yang tidak perlu.

9. Minimalkan Error Teknis

Lakukan pengecekan berkala terhadap:

  • Halaman 404
  • Redirect loop
  • Duplikat title/description
  • Kesalahan server (5xx)

10. Structured data markup / schema markup

Structured data adalah format data terstruktur yang digunakan untuk memberikan informasi tambahan kepada mesin pencari tentang isi sebuah halaman. 

Umumnya ditulis dalam format JSON-LD (direkomendasikan oleh Google), namun bisa juga menggunakan Microdata atau RDFa.

Dengan menambahkan structured data (juga dikenal sebagai schema markup), kamu membantu mesin pencari memahami konteks konten secara lebih akurat. 

Hal ini dapat meningkatkan peluang halaman kamu muncul dalam rich results seperti FAQ, bintang ulasan, event, produk, dan lainnya.

Namun, penting untuk menggunakan jenis schema yang sesuai dengan konten.
Misalnya:

  • Untuk halaman berisi pertanyaan & jawaban → gunakan FAQPage schema
  • Untuk halaman produk → gunakan Product & Review schema

Hindari menyisipkan structured data yang tidak relevan dengan isi konten, karena bisa dianggap manipulatif dan melanggar panduan Google.

Baca Juga: Perbedaan No Index Tag dan Robots.txt dan Kapan Waktu Menggunakannya

11. Hreflang

Jika website kamu memiliki versi dalam beberapa bahasa atau menargetkan pengguna dari berbagai negara, tag hreflang wajib digunakan.
Tag ini memberi tahu mesin pencari versi bahasa atau regional mana yang tepat ditampilkan kepada pengguna berdasarkan lokasi atau preferensi bahasa mereka.

Dengan konfigurasi hreflang yang benar, kamu bisa:

  • Menghindari duplikat konten lintas bahasa
  • Meningkatkan relevansi halaman di mata pengguna lokal
  • Memastikan pengalaman pengguna lebih personal dan sesuai konteks

12. Optimasi Konten Multimedia

Untuk konten berupa gambar, audio, atau video, pastikan kamu menerapkan prinsip aksesibilitas dengan benar.
Beberapa praktik terbaik yang perlu dilakukan:

  • Tambahkan alt text yang deskriptif pada setiap gambar
  • Sertakan transkrip atau caption pada video
  • Gunakan atribut dan markup yang direkomendasikan oleh Google untuk masing-masing format media

Optimasi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna, tetapi juga membantu mesin pencari memahami elemen non-teks di halaman kamu.

Internal & Outbound Linking

Struktur link di dalam website sangat penting, baik untuk SEO maupun pengalaman pengguna.
Pastikan setiap internal link mengarah ke halaman yang relevan, bisa diakses oleh bot, dan mengikuti alur logis dari struktur konten kamu.

Beberapa tips yang perlu kamu perhatikan:

  • Hubungkan antarhalaman yang saling mendukung (bukan asal link)
  • Hindari link yang mengarah ke halaman error (404) atau redirect berantai
  • Gunakan atribut link yang sesuai, misalnya rel=”sponsored” untuk tautan iklan atau afiliasi

Internal linking yang rapi membantu Google memahami hirarki konten kamu, sekaligus memudahkan pengunjung menjelajahi topik secara menyeluruh.

Duplicate Content

Konten yang sama atau sangat mirip di beberapa halaman bisa membingungkan mesin pencari, dan berpotensi menurunkan peringkat SEO kamu. Untuk mengatasinya:

  • Audit konten secara berkala untuk menemukan halaman dengan intent atau topik yang tumpang tindih
  • Gabungkan atau perjelas konten yang terlalu mirip
  • Pastikan setiap halaman punya nilai unik dan sesuai dengan tujuannya

Jika kamu punya konten serupa di URL berbeda—seperti versi mobile, filter produk, atau hasil campaign UTM, gunakan tag canonical untuk memberi tahu Google versi mana yang utama.

Baca Juga: Apa itu Link Stability? Pengaruhnya Terhadap Ranking di Google Search

13. Gunakan tools untuk technical SEO

Beberapa tools andalan untuk technical SEO:

  • Google Search Console
  • PageSpeed Insights
  • Screaming Frog
  • Ahrefs Site Audit
  • Google Mobile-Friendly Test

Butuh Bantuan Optimasi Technical SEO Website?

Mengelola technical SEO memang bukan perkara mudah, mulai dari struktur URL, kecepatan halaman, hingga audit crawl dan indexing, semuanya saling terhubung dan berdampak besar pada performa website kamu di mesin pencari.

Kalau kamu ingin website tampil maksimal di Google tanpa harus pusing urusan teknis, SEO Agency seperti Croloze siap bantu.

Kami akan bantu audit, perbaiki, dan optimasi semua aspek technical SEO untuk memastikan situs kamu cepat, terindex sempurna, dan siap bersaing di halaman pertama. Yuk konsultasi gratis sekarang dengan tim SEO Croloze!

Tag No Index: Arti, Tujuan dan Cara Mengaplikasikannya

Dalam melakukan optimasi website kamu mungkin perlu mengerti beberapa aspek teknikal yang berkaitan dengan mesin pencari. Selain HTML dan CSS kamu mungkin pernah mendengar istilah meta tag seperti canonical tag atau no index tag.

No index tag pada dasarnya merupakan kebalikan dari proses indexing. Jadi, jika Indexing dilakukan untuk membantu halaman web berada dalam daftar hasil pencarian, maka no index berfungsi untuk mencegah mesin pencari agar tidak memasukkannya ke dalam hasil pencarian.

Agar kamu bisa memahami lebih lanjut apa itu tag no index, fungsi dan tujuan serta proses optimasinya, yuk simak pembahasan lengkapnya di artikel berikut ini.

Baca Juga Apa itu Cumulative Layout Shift? Dan Cara Optimasinya

Apa Itu Tag No Index?

Tag no index adalah salah satu kode atau meta tag dalam HTML yang memberitahu mesin pencari agar tidak mengindeks halaman tertentu.

Dengan kata lain, tag ini memberi instruksi pada mesin pencari untuk tidak memasukkan halaman tersebut ke dalam hasil pencarian.

Biasanya, tag no index digunakan pada halaman-halaman tertentu yang tidak relevan atau tidak memiliki nilai tambah untuk ditampilkan di hasil pencarian. Misalnya seperti halaman login, halaman privasi dan halaman internal lainnya. 

Tag no index sangat berguna dalam mengontrol halaman-halaman mana yang boleh dan tidak boleh diindeks oleh mesin pencari. Dengan menggunakan tag ini kamu bisa meningkatkan pengalaman pengunjung menjadi lebih baik. 

Tag no index biasanya ditambahkan di bagian <head> dari halaman HTML dengan contoh sebagai berikut:

<meta name="robots" content="noindex">

Fungsi dan Tujuan Tag No Index

Tag no index memiliki beberapa fungsi dan tujuan yang berguna untuk meningkatkan performa SEO website. Beberapa diantaranya adalah:

1. Mencegah Pengindeksan Halaman yang Tidak Relevan

Seperti yang disebutkan di atas tidak semua halaman di website perlu muncul di hasil pencarian. Beberapa halaman mungkin hanya relevan untuk pengunjung website atau untuk tim internal. 

Misalnya seperti halaman login atau pendaftaran yang tidak menawarkan konten yang relevan untuk pencarian. Dengan menggunakan tag no index pada halaman-halaman seperti ini, kamu bisa memastikan bahwa hanya halaman yang benar-benar bernilai yang tampil di hasil pencarian.

2. Mengatur Halaman Pengembangan

Jika kamu sedang mengembangkan sebuah website, halaman atau fitur baru, kamu mungkin tidak ingin halaman-halaman tersebut diindeks oleh mesin pencari sampai semuanya siap.

Maka menggunakan tag no Index di halaman pengembangan adalah kuncinya. Jadi kamu bisa menjaga halaman tersebut tetap “tersembunyi” dari hasil pencarian sampai semuanya siap untuk dipublikasikan.

3. Mengoptimalkan Crawl Budget

Mesin pencari memiliki batasan tentang berapa banyak halaman dari sebuah situs yang mereka dapatkan dan crawling dalam satu waktu.

Nah dengan menggunakan tag no index pada halaman-halaman yang tidak penting, kamu bisa mengarahkan bot crawler agar fokus pada halaman yang lebih utama. Hal ini tentu akan membantu memaksimalkan crawl budget.

Baca Juga: Apa itu Revamp Website? Manfaat dan Langkah Optimasinya

6 Praktik Optimasi Terbaik Tag No Index

Penggunaan tag no index yang tepat dapat bermanfaat bagi proses operasi website. Berikut ini beberapa praktik optimasi terbaik saat menggunakannya :

  1. Jangan Gunakan No Index pada Halaman Penting 

Pastikan penggunaan tag no index hanyalah pada halaman-halaman yang tidak relevan. Jangan gunakan tag ini pada halaman-halaman yang seharusnya diindeks dan berkontribusi penting bagi SEO website.

Misalnya, halaman beranda, halaman produk, halaman blog, atau halaman layanan yang menyediakan informasi yang relevan dan bermanfaat untuk pencarian.

  1. Kombinasikan dengan Tag No Follow

Tag no Index juga bisa dikombinasikan dengan tag no follow. Tag no follow memberitahu mesin pencari untuk tidak mengikuti tautan (link) yang ada pada halaman tersebut.

Kombinasi ini bisa digunakan pada halaman yang benar-benar tidak ingin diketahui oleh mesin pencari, tapi masih bisa diakses oleh pengguna lain seperti halaman login atau kontak.

  1. Menggunakan Tag No Index Secara Selektif

Jangan terlalu sering menggunakan tag no index karena ini bisa menghalangi mesin pencari untuk mengindeks konten yang sebenarnya penting.

Gunakan tag no index dengan selektif dan hanya pada halaman yang benar-benar tidak relevan untuk SEO atau yang dapat merugikan kinerja situs jika diindeks. Hindari menggunakannya di halaman-halaman dengan konten unik yang bisa meningkatkan visibilitas websitemu.

  1. Audit Penggunaan Tag No Index Secara Berkala

Setelah menerapkan tag no index dalam waktu yang lama, lakukan audit SEO untuk memeriksa apakah tag tersebut sudah diterapkan dengan benar.

Terkadang, perubahan yang ada di website bisa menyebabkan halaman yang seharusnya diindeks justru memiliki tag ini. 

Jika halaman dengan tag noindex masih muncul di hasil pencarian, kamu bisa menggunakan bantuan Google Search Console untuk meminta crawling ulang terhadap halaman tersebut.

Kamu juga bisa gunakan Screaming Frog untuk memeriksa status pengindeksan halaman yang ada di websitemu.

  1. Jangan Gunakan Robots.txt untuk Mencegah Indexing

Jika no index digunakan untuk mencegah mesin pencari melakukan indexing di suatu halaman maka robots.txt digunakan untuk memblokir bot crawler dari mengakses halaman. 

Pastikan kamu tidak menggunakan robots.txt ini karena dapat membuat mesin pencari tidak bisa membaca halaman tersebut. Tetap biarkan mesin pencari mengaksesnya baru tambahkan tag noindex agar mencegah halaman tersebut tidak terindeks.

  1. Jangan Gunakan Tag No Index pada Halaman Duplikat

Konten duplikat bisa menjadi masalah besar dalam SEO. Konten duplikat akan membingungkan mesin pencari tentang versi mana yang harus diindeks dan ditampilkan dalam hasil pencarian.

Hal ini tentu bisa berdampak pada penurunan peringkat SEO. 

Daripada menggunakan tag no index untuk jenis konten ini, lebih baik gunakan canonical tag. Canonical tag menunjukkan kepada mesin pencari halaman mana yang dianggap sebagai versi utama dari konten duplikat tersebut.

Ini akan membantu websitemu menghindari penalti dari mesin pencari akibat konten duplikat dan menjaga peringkat halaman di hasil pencarian.

Demikian serangkaian informasi tentang apa itu tag no index, apa tujuan dan fungsinya serta bagaimana cara mengoptimasinya.

Pastikan kamu melakukan praktik optimasi di atas agar websitemu memiliki performa yang semakin baik di mesin pencari.

Jika kamu butuh bantuan dan arahan lebih lanjut terkait dengan masalah teknikal website, yuk segera konsultasikan dengan ahlinya.

Optimalkan website dan strategi seo bisnis bersama SEO Agency dari Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Marketing Agency Croloze.

Referensi:

https://cmlabs.co/id-id/seo-terms/noindex

Apa itu Cumulative Layout Shift? Dan Cara Optimasinya

Pernahkah kamu mendengar istilah CLS atau Cumulative Layout Shift? CLS merupakan salah satu metrik yang digunakan untuk menilai seberapa cepat pemuatan elemen yang ada di suatu halaman. 

Metrik ini jadi salah satu bagian dari penilaian performa dari Core Web Vitals yang sangat mempengaruhi kinerja optimasi suatu website.

Sebelum mengetahui bagaimana cara meningkatkan CLS, yuk simak lebih dulu penjelasan tentang apa itu CLS, bagaimana cara mengukurnya dan bagaimana cara memperbaiki kesalahannya. 

Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Baca Juga: Perbedaan No Index Tag dan Robots.txt dan Kapan Waktu Menggunakannya

Arti Cumulative Layout Shift (CLS)

Cumulative Layout Shift atau CLS adalah sebuah metrik yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak elemen di halaman web bergerak selama pemuatan halaman. Dengan kata lain, CLS mengukur stabilitas elemen visual pada saat halaman dimuat. 

Beberapa elemen yang berkaitan dengan CLS adalah media dalam website seperti gambar dan video, iFrame, iklan banner, sematan (embed), website font dan konten dinamis lainnya dalam website.

CLS melihat sejauh mana pergeseran elemen pada halaman web baik secara posisi atau ukuran sehingga menggeser elemen lain di sekitarnya. Misalnya, saat  membaca artikel, tiba-tiba teks atau gambar berpindah-pindah, itulah yang diukur oleh CLS.

Halaman web yang visualnya tiba-tiba berpindah atau bergeser tentu dapat memberikan pengalaman pengguna yang buruk. Maka dari itu penting untuk segera memperbaiki masalah CLS agar pengguna bisa mengakses halaman tanpa gangguan.

CLS merupakan salah satu metrik penilaian core web vitals bersamaan dengan dua matriks lainnya, yaitu Largest Contentful Paint (LCP) dan First Input Delay (FID). Nilai CLS yang rendah menunjukkan bahwa halaman web memiliki stabilitas layout yang baik, begitupun sebaliknya.

Indikator dan Cara Mengukur CLS

CLS terdiri dari 2 faktor/indikator yang menilai seberapa jauh pergeseran layout yang ada. Kedua hal tersebut yaitu:

  1. Impact fraction: melihat seberapa besar pengaruh pergeseran elemen atau total area yang digunakan oleh elemen yang tidak stabil.
  2. Distance fraction: melihat seberapa jauh elemen bergerak atau bergeser dari posisi awalnya.

Lalu selanjutnya kedua indikator tersebut dikalikan untuk mengetahui skor CLS atau dengan rumus berikut:

Nilai CLS akhir = Impact fraction x Distance fraction

Jika elemen-elemen di halaman bergeser jauh atau sering, maka semakin tinggi nilai CLS pada halaman atau website tersebut.

Nilai CLS yang ideal adalah di bawah 0.1, sementara 0.1-0.25 adalah nilai yang wajar dan masih membutuhkan beberapa perbaikan. Sedangkan >0.25 menunjukkan nilai CLS yang buruk dan ada masalah yang perlu segera diperbaiki.

Lantas bagaimana cara mengetik  lnilai CLS? Untuk mengukur CLS, ada beberapa tools yang bisa digunakan, diantaranya yaitu:

  1. PageSpeed Insights: Tools ini memberikan gambaran lengkap tentang kinerja halaman web, termasuk nilai CLS. Cukup dengan memasukkan URL suatu halaman, tools ini akan memberikan beberapa laporan terkait dengan performa hingga rekomendasi untuk perbaikan.
  2. Google Lighthouse: Sama seperti tools sebelumnya, tools ini juga bisa mengukur CLS dan performa website lainnya. Lighthouse memberikan data yang lebih rinci untuk para developer agar bisa lebih mudah memperbaiki masalah teknikal.
  3. Chrome DevTools: Tools ini digunakan untuk memantau dan menganalisis kinerja halaman web secara langsung, termasuk melacak masalah CLS saat pengujian dilakukan.
  4. Web Vitals Extension: Tools ini merupakan salah satu ekstensi untuk Chrome yang bisa kamu gunakan untuk melacak metrik Core Web Vitals seperti CLS secara real-time saat browsing.

Baca Juga: Apa itu Revamp Website? Manfaat dan Langkah Optimasinya

Cara Memperbaiki Masalah CLS

CLS jadi salah satu masalah performa website yang harus segera kamu tangani agar tidak memberikan user experience yang buruk. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah CLS:

  1. Tetapkan Ukuran untuk Elemen Visual 

Beberapa elemen seperti gambar, iklan, dan elemen video sering menjadi penyebab utama pergeseran layout.

Untuk menghindari ini, pastikan kamu menetapkan ukuran yang sesuai untuk elemen-elemen tersebut.

Mulai dari lebar dan tingginya serta pastikan bahwa ruang di halaman sudah sesuai untuk menempatkan elemen-elemen ini.

  1. Gunakan Font yang Tepat

Selain elemen visual, penggunaan font yang tidak tepat juga dapat menyebabkan pergeseran layout.

Misalnya, ketika font dimuat secara dinamis, teks mungkin bergeser. Untuk memperbaiki hal ini gunakan font preload untuk memastikan font yang dibutuhkan sudah dimuat terlebih dahulu.

Atur juga font fallback yang stabil agar tidak ada perubahan ukuran teks saat font dimuat.

  1. Gunakan CSS untuk Mengatur Posisi Elemen

Pastikan elemen-elemen yang berada di dalam halaman memiliki posisi yang sudah ditentukan dengan jelas, terutama untuk elemen yang akan dimuat setelah halaman pertama dimuat seperti iklan atau pop-up.

Kamu bisa menggunakan ‘position: relative’ atau ‘position: absolute’ untuk menghindari adanya elemen yang menggeser layout.

  1. Pilih Iklan dengan Hati-hati

Iklan adalah salah satu penyebab utama terjadinya masalah CLS, terutama ketika iklan ditampilkan secara dinamis atau bergerak setelah halaman dimuat.

Untuk mengurangi masalah ini, kamu bisa menetapkan ruang kosong yang cukup untuk iklan.

Serta gunakan iklan responsif agar penempatan iklan dapat menyesuaikan dengan ukuran layar tanpa menyebabkan pergeseran layout yang besar.

  1. Tunda Pemuatan Elemen yang Tidak Penting 

Jika kamu menggunakan beberapa elemen yang tidak begitu penting seperti widget atau skrip tertentu. Pastikan untuk menunda pemuatannya agar tidak mengganggu kinerja halaman. Tahan pemuataan untuk elemen tersebut hingga konten utama telah dimuat seluruhnya dengan baik.

Sekian pembahasan mengenai apa itu CLS, apa saja indikator pengukurannya serta bagaimana cara memperbaiki masalahnya. CLS adalah salah satu metrik penting yang perlu kamu perhatikan agar memastikan websitemu bisa diakses tanpa gangguan.

Bagaimana apakah kamu sudah mampu menerapkannya di website yang kamu miliki? Jika belum, serahkan semuanya ke tim SEO Specialist Croloze.

Tim kami merupakan para profesional di bidang SEO yang sudah berpengalaman mengelola dan mengoptimasi berbagai website.

Optimalkan website dan strategi seo bisnis bersama SEO Agency dari Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Marketing Agency Croloze.

Referensi:

Perbedaan No Index Tag dan Robots.txt dan Kapan Waktu Menggunakannya

Teknikal SEO memiliki cakupan yang begitu luas karena berkaitan dengan masalah pengkodean, server sampai hosting. Belum lagi search engine juga memiliki istilah-istilah lain yang digunakan untuk menganalisa perilaku website. Salah satu istilah yang perlu kamu ketahui diantaranya yaitu no index tag dan robots.txt.

Apakah kamu pernah mendengar istilah keduanya? Jika kamu bagian dari tim developer atau pengelola website maka kamu pasti tidak asing lagi dengan istilah ini. Keduanya merupakan hal yang sangat berkaitan dengan proses optimasi website di suatu mesin pencari.

Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan no index tag dan robots.txt serta kapan waktu penggunaan no index tag dan robots txt, yuk simak informasi lengkapnya di artikel berikut. Ini. 

Baca Juga: Apa itu Link Stability? Pengaruhnya Terhadap Ranking di Google Search

Apa itu No Index?

No Index merupakan sebuah tag dalam kode HTML yang berisi instruksi untuk  diberikan kepada mesin pencari agar tidak mengindeks halaman tertentu dari sebuah website. 

Opsi ini disediakan untuk mengontrol halaman mana saja yang akan muncul di hasil pencarian. Ketika sebuah halaman memiliki tag no Index, maka mesin pencari akan mengabaikan halaman tersebut dan membuatnya tidak muncul di hasil pencarian. 

Biasanya no index tag digunakan untuk halaman-halaman yang memiliki data sensitif sehingga tidak ditampilkan di hasil pencarian.

Tag ini biasanya ditulis di bagian <head> di sebuah halaman web dalam bentuk berikut:

<meta name=”robots” content=”noindex”>

Tag no index biasanya digunakan di halaman yang tidak begitu berperan penting dalam ranking seperti halaman yang duplikat, halaman pembayaran atau halaman yang sedang dalam pengembangan. No index hanya akan menghapus halaman secara sementara dari indeks tanpa menghapusnya dari website. 

Baca Juga: Apa itu Revamp Website? Manfaat dan Langkah Optimasinya

Apa itu Robots.txt?

Berbeda dari no index tag, robots.txt berarti sebuah file teks yang berada di root direktori sebuah website.

Robots.txt biasanya digunakan untuk memberikan instruksi kepada bot crawler mesin pencari. File ini akan memberitahu tentang halaman mana dari suatu website yang boleh atau tidak boleh diakses. 

Meski demikian, file ini hanya mengatur akses bot crawler saja, jika pengguna lain mengetahui url maka mereka tetap dapat mengaksesnya.

Hal ini juga berlaku jika halaman tersebut memiliki backlink dari situs lain, maka robots.txt tidak bisa mencegah halaman untuk tidak muncul di hasil pencarian. 

Robots.txt biasanya digunakan untuk membatasi akses ke file atau area admin dan mengarahkan crawler untuk merayapi bagian yang lebih penting dari website. Salah satu contoh isi dari file Robots.txt adalah:

User-agent: *

Disallow: /private-directory/

Contoh di atas berarti menginstruksikan semua crawler mesin pencari untuk tidak mengakses direktori “/private-directory/”.

Baca Juga: Mengenal Google Search Console (GSC), Fitur dan Cara Menggunakannya

Perbedaan No Index Tag dan Robots.txt

Dari pengertian di atas diketahui bahwa no index tag dan robots.txt sama-sama digunakan untuk mengontrol akses mesin pencari. Meski demikian terdapat beberapa perbedaan antara no Index tag dan robots.txt yaitu:

Waktu Penggunaan No Index dan Robots.txt

Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan tentang no index dan robots.txt adalah kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya. No index dapat digunakan di beberapa kondisi berikut:

  1. Jika suatu website memiliki halaman dengan konten duplikat yang tidak ingin muncul di hasil pencarian
  2. Jika ada halaman yang bersifat sementara seperti landing page khusus promosi atau event tertentu 
  3. Jika ada halaman website yang mengandung privasi, konten sensitif atau eksklusif

Sedangkan waktu untuk menggunakan robots.txt dapat dilakukan di kondisi berikut, yaitu:

  1. Jika ingin membatasi akses crawler ke direktori tertentu, seperti folder admin atau file konfigurasi
  2. Jika memiliki file media (gambar atau video) yang tidak perlu diindeks oleh mesin pencari
  3. Jika ingin mengarahkan crawler untuk melakukan crawling pada konten yang lebih penting dan mengurangi overload server

Baca Juga: Apa itu Google AMP? Pengertian, Cara Kerja dan Cara Mengoptimalkannya

Pengaruh No Index dan Robots.txt terhadap SEO

Selanjutnya bagaimana pengaruh no index dan robots.txt terhadap SEO? No Index dapat membantu meningkatkan reputasi website dengan memastikan hanya halaman berkualitas yang muncul di hasil pencarian, mencegah penalti dari mesin pencari akibat adanya konten duplikat serta membantu meningkatkan CTR website dengan menyembunyikan halaman yang tidak relevan.

Sedangkan robots.txt akan sangat membantu mesin pencari untuk lebih mudah mengakses halaman di suatu website, menghemat crawl budget agar fokus pada halaman yang lebih penting, menjaga hasil penelusuran agar tetap relevan serta mencegah akses ke halaman yang sensitif.

Kesimpulannya, gunakan tag no index untuk mencegah halaman tertentu muncul di hasil pencarian tanpa membatasi aksesnya, dan gunakan robots.txt untuk mengatur proses crawling mesin pencari di website. 

Itulah serangkaian pembahasan tentang pengertian dan perbedaan penggunaan no Index tag dan robots.txt.

Jika kamu bisa menggunakan keduanya dengan tepat, tentu website mu akan memiliki performa SEO yang lebih baik karena hanya konten terbaik yang bisa diakses oleh mesin pencari dan pengunjung.

Optimalkan website dan strategi seo bisnis bersama SEO Agency dari Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Referensi:

Apa itu Link Stability? Pengaruhnya Terhadap Ranking di Google Search

Dalam melakukan optimasi website, link adalah satu bagian yang perlu diperhatikan. Terutama bagaimana kualitas link yang ada di website, baik untuk internal link, external link maupun untuk backlink. Selain itu, pemilik website juga perlu memperhatikan bagaimana link stability yang ada di website.

Agar kamu bisa lebih memahami apa itu link stability bagaimana pengaruhnya terhadap ranking di Google Search, yuk simak pembahasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Baca Juga: Apa itu Revamp Website? Manfaat dan Langkah Optimasinya

Arti Link Stability

Link stability merupakan istilah yang merujuk kepada konsistensi atau kestabilan dari link atau tautan yang ada di website dan tidak berubah dalam waktu yang lama. Artinya, link tersebut bernilai stabil, selalu stabil dan relevan karena tidak mengalami perubahan atau kerusakan dalam mengaksesnya.

Website yang memiliki link stability yang baik cenderung akan dianggap lebih berkualitas karena memberi tanda bahwa website tersebut memiliki kredibilitas dan otorisasi yang baik.

Link stability sangat penting bagi eksistensi dan visibilitas di Google Search karena algoritma dan bot seringkali mempertimbangkan kualitas link dalam menilai sebuah website. 

Link stability tidak hanya bertujuan untuk dianggap baik oleh mesin pencari, tapi juga bermanfaat dalam menjaga dan memastikan struktur website tetap rapi dan tersusun dengan baik.

Hal ini tentu akan memberikan kemudahan bagi para pengunjung untuk dapat dengan mudah menemukan dan mengakses informasi yang mereka cari tanpa terhambat oleh kesalahan sebuah tautan.

Link stability dapat dikatakan sebagai lawan dari link churn. Mengapa demikian? Hal ini karena link churn sendiri berarti perubahan tautan pada suatu website yang terjadi terlalu sering dan dalam waktu yang cepat. 

Perubahan link yang terlalu sering ini tidak hanya akan membingungkan para pengunjung yang mengakses website, tapi juga akan dianggap spamming oleh mesin pencari.

Dilansir dari Daily SEO, pada tahun 2005 Google melakukan algoritma update dan menjadikan link churn sebagai salah satu alasan penalti jika dilakukan melewati ambang batas yang pada akhirnya mempengaruhi posisi ranking di Google Search.

Baca Juga: 8 Tips Menulis Konten yang SEO-Friendly

Pengaruh Link Stability Terhadap Ranking Website

Mengingat link churn yang merupakan kebalikan dari link stability menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ranking website, maka benarkah link stability juga berpengaruh terhadap ranking di Google Search? Yuk simak seberapa jauh pengaruh link stability terhadap ranking website.

1. Meningkatkan Otoritatif dan Trustworthiness

Mesin pencari seperti Google menggunakan algoritma EEAT yang salah satunya berfokus pada aspek kepercayaan. Kepercayaan ini dapat terukur salah satunya karena ada transparansi suatu website yang memiliki konten yang relevan dan akurat. 

Link stability tentunya menunjukkan bahwa website tersebut dikelola dengan baik, memiliki sumber daya yang optimal serta tetap relevan karena tidak memiliki perubahan besar.

Hal ini tentunya mendorong adanya peningkatan kepercayaan dari pengguna dan mesin pencari terhadap website tersebut.

Selain itu website dengan link stability yang tinggi dinilai memiliki otoritas domain yang lebih baik karena tergambar dari link yang stabil dan konsisten. Artinya, website tersebut relevan dan berkualitas tinggi, sehingga meningkatkan peluang untuk mendapatkan backlink dari website lain.

2. Pengalaman Pengguna yang Lebih Baik

Masih berkaitan dengan konsep EEAT, website dengan link stability tentu dapat mendorong kenyamanan pengguna dalam mengakses website tersebut. Pasalnya link yang digunakan tetap stabil, tidak berubah-ubah dan relevan dengan isi kontennya.

Sehingga pengguna tidak merasa kebingungan dalam mengakses website. Karena tidak terjadi perubahan dalam tautan atau link yang ada hal ini tentu dapat meminimalisir munculnya broken links yang mengganggu pengalaman para pengguna. 

3. Menghindari Kemungkinan Penalti SEO

Seperti yang disebutkan sebelumnya, link churn dapat membuat suatu web mendapatkan penalti atau peringatan dari Google.

Belum lagi jika terdapat banyak broken links, maka Google akan memberikan penalti yang lebih lama sehingga mempengaruhi performa website.

Namun hal ini tentu dapat dihindari dengan menjaga  link stability di website karena menandakan bahwa website tersebut sudah dikelola dengan baik. 

Baca Juga: 11 Strategi SEO Efektif di Tahun 2025

Apakah Link Stability Dapat Mempengaruhi Ranking Web?

Berdasarkan penjelasan di atas, memang terlihat bahwa link stability terlihat memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap rangking website di Google Search. Hal ini karena link stability berkaitan dengan dapat mendukung pengalaman pengguna yang baik serta mendorong otorisasi dan kepercayaan terhadap website. 

Link stability juga berkaitan dengan faktor lain yang mendukung racing di mesin pencari karena membuat struktur website yang baik, menjadi sumber backlink yang berkualitas, mengurangi tingkat serta mempermudah mesin pencari untuk crawling dan indexing. 

Meski demikian, Google Search tidak memberikan informasi apapun yang berkaitan dengan apakah link stability menjadi faktor ranking website.

Update terkait link churn pada tahun 2005 lalu bahkan sudah diberhentikan setelah direvisi berkali-kali dan bahwa update yang terbaru tidak membahas seputar link churn dan link stability.

Maka hal ini berarti bahwa link stability tidak lagi menjadi faktor yang mempengaruhi ranking website di Google Search.

Hal ini juga dapat dibuktikan dari banyaknya website yang rutin memperbarui link namun tidak mendapat penalti dan tetap mendapatkan ranking teratas di SERP.

Jadi jika emmang perubahan link atau url diperlukan maka kamu tidak perlu khawatir lagi dalam melakukannya karena hal tersebut tidak mempengaruhi ranking di Google Search.

Sekian pembahasan mengenai apa itu link stability dan bagaimana pengaruhnya terhadap ranking di Google Search.

Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Referensi:

Apa itu Revamp Website? Manfaat dan Langkah Optimasinya

Pernahkah kamu melihat suatu website yang memiliki konten menarik tapi tidak didukung dengan desain yang responsif? Saat suatu web memiliki desain dan struktur yang tidak rapi, tidak heran jika kamu mungkin merasa terganggu saat mengaksesnya.

Maka yang perlu dilakukan oleh pemilik website tersebut adalah melakukan revamp website. Yuk cari tau apa itu revamp website disini, simak penjelasannya secara lengkap.

Baca Juga: 11 Strategi SEO Efektif di Tahun 2025

Apa yang Dimaksud dengan Revamp Website? 

Revamp website adalah proses memperbarui atau mengupdate elemen-elemen yang ada di website guna meningkatkan fungsionalitas dan kinerjanya. Revamp tidak hanya menyangkut elemen-elemen desain tapi juga berkaitan dengan struktur, tata letak hingga fitur dan konten website. 

Pada praktiknya, revamp website juga dilakukan mengikuti perkembangan tren serta kebutuhan para pengguna.

Ketika suatu website dapat memberikan informasi dan menjawab kebutuhan pengguna, maka pengalaman pengguna dalam mengakses website tersebut pasti meningkat. Hal ini tentu sangat penting dalam mendukung proses optimasi yang ada di website. 

Meskipun berkaitan dengan pembaharuan, revamp website berfokus pada perubahan-perubahan kecil yang tidak merubah struktur website secara signifikan.

Pembaharuan ini tentu perlu dilakukan guna menjaga keberlanjutan dan kelangsungan suatu website. 

Tujuan utama dari revamp website adalah menciptakan website yang berkualitas, efisien dan responsif sehingga bisa memberikan kemudahan bagi para pengguna saat mengakses informasi di dalamnya.

Revamp website adalah salah satu hal yang perlu dilakukan dan bernilai sangat penting untuk mendukung dan mempertahankan performa SEO website.

Baca Juga: 8 Tips Menulis Konten yang SEO-Friendly

3 Manfaat Utama Revamp Website

Revamp website membawa banyak manfaat yang penting dalam mendukung visibilitas website di mesin pencari. Berikut 3 manfaat utama dari melakukan revamp website:

Meningkatkan User Experience (UX)

User Experience atau pengalaman pengguna adalah salah satu indikator yang mempengaruhi kualitas SEO website di mesin pencari.

Mesin pencari mengutamakan website yang memperdulikan dan memperhatikan pengalaman pengguna yang baik untuk mendapat peringkat di mesin pencari.

Dengan melakukan revamp website, tampilan website menjadi lebih menarik dan up to date sehingga menciptakan citra positif di mata para pengunjung.

Akhirnya, banyak pengunjung yang nyaman dan senang mengakses website dalam waktu yang lama.

Memaksimalkan Kinerja Website

Website yang sudah lama usang dan tidak diperbarui mungkin tidak lagi bisa berfungsi dan bekerja secara optimal. Adanya proses revamp ini tentu membantu memaksimalkan kinerja website dengan melakukan perbaikan dan upgrade pada fitur dan fungsi yang ada. Terutama fungsi yang berkaitan dengan navigasi, kecepatan loading, elemen visual dan responsivitas di perangkat mobile. Kinerja website yang baik akan memberikan kemudahan akses bagi para pengunjung website dan akan bernilai baik di mata mesin pencari.

Peningkatan Konversi

Manfaat yang paling utama dari melakukan revamp website adalah dapat membantu meningkatkan jumlah konversi dari website.

Mengapa demikian? Saat suatu website memiliki kinerja yang baik, struktur dan desain yang rapi serta informasi up to date maka akan lebih menarik para pengguna untuk melakukan konversi.

Peningkatan konversi ini tidak terbatas pada melakukan pembelian saja, tapi juga berkaitan dengan meningkatnya trafik, pendaftaran akun dan layanan, pengisian form hingga tingginya kerjasama dengan website.

Baca Juga: 9 Tips Menggunakan Tone of Voice di Media Sosial

7 Langkah Optimasi Revamp Website

Revamp website tidak bisa dilakukan tanpa perencanaan atau upaya yang matang, kamu perlu melakukan beberapa hal berikut adalah untuk memastikan revamp website bisa teroptimasi dengan maksimal:

Tentukan Tujuan dan Waktu yang Tepat

Sebelum memulai revamp, tentukan dengan jelas tujuan atau hasil apa yang ingin kamu capai, apakah untuk memperbaiki dan memperbarui desain, meningkatkan fitur atau memperbaiki kecepatan.

Pastikan juga kamu melakukan revamp website di waktu yang tepat, jangan melakukan revamp secara mendadak atau sesuka keinginan.

Berikut beberapa indikator yang menjadi penanda kapan kamu perlu revamp website yaitu:

  1. Tampilan website sudah usang dan kinerja melambat
  2. Tingginya feedback negatif dari pengguna
  3. Tingkat engagement dan konversi yang menurun
  4. Maraknya kompetitor baru
  5. Perubahan tren desain atau teknologi 
  6. Terdapat perubahan tujuan bisnis

Jalankan Audit Sebelum dan Sesudah Revamp

Sebelum melakukan revamp website sebaiknya lakukan audit situs terlebih dahulu. Lihat dan  pastikan semua fitur dan elemen berfungsi dengan baik.

Jika perlu catat dan analisis performa website sebelum revamp untuk dibandingkan dengan performa setelah revamp.

Simpan juga data crawling dari web lama sebelum melakukan revamp agar kamu mengetahui perubahan yang terjadi pada website di mesin pencari.

Dengan melakukan audit, kamu jadi lebih mudah untuk mendeteksi masalah teknis atau SEO yang perlu diperbaiki. 

Pastikan Web Lama Tetap Aktif

Selama proses revamp berlangsung, pastikan website lama tetap dapat diakses oleh pengunjung. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penurunan drastis pengunjung yang datang ke websitemu.

Jangan sampai peringkat website di mesin pencari justru turun karena website atau halamannya tidak dapat ditemukan dan diakses.

Jika memungkinkan, pertahankan struktur URL dari website lama. Perubahan URL dapat mempengaruhi peringkat SEO dan mengakibatkan kehilangan trafik jika tidak ditangani dengan baik. 

Baca Juga: Accelerated Mobile Pages (AMP) dan Cara Mengoptimalkannya

Pertahankan Halaman Web yang Penting

Pastikan kamu tetap mempertahankan halaman web yang memiliki trafik organik atau peringkat tinggi di mesin pencari selam proses revamp.

Prioritaskan revamp website pada halaman yang memang membutuhkan proses perbaikan atau peningkatan. Jangan terlalu banyak mengubah elemen atau halaman yang sudah berfungsi dengan baik.

Hindari melakukan perubahan besar pada halaman yang memiliki peringkat tinggi di mesin pencari. Jika memang diperlukan, pastikan untuk tetap menjaga elemen dan konten yang ada di dalamnya tetap relevan dengan praktik SEO.

Optimasi Elemen-Elemen on Page

Revamp website berfokus pada optimasi dan perbaiki elemen pada on-page atau bagian yang ada dan nampak di website.

Perhatikan apakah elemen SEO on-page seperti judul halaman, meta deskripsi, kata kunci, tombol, gambar, konten dan heading tag sudah berfungsi dengan optimal.

Optimasi pada bagian on-page dapat membantu website untuk tetap mempertahankan dan bahkan meningkatkan performa SEO setelah revamp.

Update Internal Link dan Backlink

Pembaharuan pada website akiat revamp mungkin mempengaruhi link yang ada di website, baik itu internal link maupun backlink. Maka periksa dan pastikan kembali bahwa internal link dan backlink website tetap tersedia dan relevan.

Link yang rusak dan tidak relevan dapat mempengaruhi pengalaman pengguna dan menurunkan performa SEO.

Jika terdapat perubahan link atau struktur halaman, pastikan kamu menyiapkan redirect 301 agar pengunjung dan mesin pencari mengarah ke link baru dan tidak ada kehilangan trafik atau peringkat SEO.

Lakukan Pengujian Langsung

Sebelum meluncurkan website yang telah direvamp, pastikan untuk melakukan pengujian pada website. Periksa dan pastikan apakah website, halaman, fitur dan elemen yang ada didalamnya sudah responsif dan bekerja lebih baik.

Pastikan kamu juga melakukan uji coba pada perangkat mobile dan lihatlah apakah website telah memenuhi standar Core Web Vitals.

Baca Juga: 8 Tips Menangani Komentar Negatif di Media Sosial

Lakukan Audit Teknikal

Setelah website yang telah direvamp diluncurkan dan dapat diakses publik, lakukan audit teknikal untuk memastikan tidak ada masalah yang ditimbulkan.

Periksa apakah terdapat error atau masalah pada server, seberapa lama kecepatan loading, atau error lainnya yang mengganggu kinerja website.

Pastikan juga untuk memperbarui sitemap XML website dan mengirimkannya ke mesin pencari agar proses  indexing tetap berjalan lancar.

Nah itulah serangkaian pembahasan mengenai apa itu revamp website, manfaat apa saja yang didapatkan dari revamp website serta langkah-langkah mengoptimasi revamp website.

Selama revamp website dikerjakan dengan maksimal, maka dapat memberikan manfaat yang besar tidak hanya kepada website tapi juga kepada bisnis atau brand secara keseluruhan.

Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Reference:

5 Cara Mudah Mendaftarkan Website ke dalam Google Search Console (GSC)

Google Search Console (GSC) merupakan salah satu tools yang sudah tidak asing lagi digunakan, khususnya bagi para pengelola website.

Tools ini merupakan alat gratis dari Google yang berfungsi untuk membantu pengelola atau pemilik website dalam memonitor performa organik dari website yang dikelolanya.

Berikut ini 5 cara mendaftarkan website kita di Google Search Console (GSC). 

Baca Juga: Apa itu Google AMP? Pengertian, Cara Kerja dan Cara Mengoptimalkannya

Cara Mengaktifkan Google Search Console

Berikut langkah mudah untuk mulai menggunakan Google Search Console (GSC) pada website Anda:

1. Buat Akun GSC

Kunjungi Google Search Console dan login menggunakan akun Google. Jika belum punya, buat akun terlebih dahulu.

2. Tambahkan Website

Klik tombol “Tambahkan Properti”, lalu ada dua pilihan mau verifikasi via domain atau URL Prefix, misal memilih URL Prefix, maka kamu masukkan URL lengkap websitemu (contoh: https://www.croloze.com) dan lanjutkan prosesnya. 

Verifikasi website di Google Search Console

3. Verifikasi Website

Pilih metode verifikasi yang sesuai. Anda bisa mengunggah file HTML ke server, menggunakan tag HTML di <head>, atau memanfaatkan plugin CMS seperti WordPress. Pastikan memilih cara yang paling praktis sesuai akses yang dimiliki. 

Baca Juga: Apa itu Canonical URL atau Tag? Manfaat dan Cara Penggunaanya

Jika memilih verifikasi domain maka kamu perlu memasukkan code yang sudah disediakan kedalam DNS domain kita. seperti gambar berikut ini. 

contoh verifikasi url prefix di google search console

Jika kamu pilih verifikasi url prefix maka kamu harus memasukkan tag code html seperti yang sudah disebutkan, seperti gambar berikut ini

4. Konfirmasi Verifikasi

Setelah verifikasi berhasil, GSC akan mulai mengumpulkan data website Anda. Proses ini mungkin memerlukan waktu, tergantung ukuran dan tingkat aktivitas situs.

5. Mulai Analisis

Setelah situs terverifikasi, Anda dapat mulai mengeksplorasi data seperti performa pencarian, kata kunci, posisi peringkat, serta laporan masalah indeks yang perlu diperbaiki.

Catatan: Pastikan website Anda sudah bisa diindeks oleh Google. Jika belum, kirimkan sitemap dan periksa kemungkinan hambatan teknis yang menghalangi proses pengindeksan.

Nah itu lah 5 cara mudah verifikasi website kita GSC agar cepat ke indeks oleh Google. Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Mengenal Google Search Console (GSC), Fitur dan Cara Menggunakannya

Dalam mengelola website, salah satu tools penting yang wajib dikuasai adalah Google Search Console (GSC). Tools ini membantu pemilik website memantau performa situs di hasil pencarian Google, lengkap dengan berbagai fitur analisis dan optimasi.

Agar lebih memahami fungsi dan cara penggunaannya, simak penjelasan lengkap tentang GSC, fitur-fiturnya, dan tips praktis menggunakannya pada artikel berikut.

Baca Juga: Apa itu Google AMP? Pengertian, Cara Kerja dan Cara Mengoptimalkannya

Apa itu GSC?

Google Search Console (GSC) adalah sebuah tools online yang disediakan oleh Google secara gratis untuk melihat dan memahami performa suatu website di mesin pencari.

GSC memberikan kemudahan bagi pemilik website dalam mengoptimasi website di hasil pencarian Google.

Sebagai search engine yang paling banyak digunakan di dunia, penggunaan GSC adalah hal yang wajib dilakukan.

Hal ini karena website akan mengetahui langsung dari Google bagian mana yang perlu diperbaiki. Dengan begitu website jadi lebih mudah mendapatkan visibilitas di Google.

GSC memiliki berbagai fitur menarik yang sangat berguna dalam melihat bagaimana Google mengidentifikasi sebuah website.

Hal ini mulai dari informasi seputar proses crawling, indexing sampai detail informasi tentang performa website.

Misalnya seperti jumlah klik, kata kunci yang mendatangkan trafik, masalah teknikal dan performa di perangkat mobile.  

Baca Juga: Apa itu Canonical URL atau Tag? Manfaat dan Cara Penggunaanya

6 Fitur Utama GSC

Lalu apa saja yang bisa didapatkan dari penggunaan GSC? Yuk simak apa saja fitur-fitur yang ada di GSC beserta fungsinya.

Overview 

Pada bagian ini akan menampilkan gambaran umum dari performa website secara keseluruhan.

Fitur Overview Google Search Console

Kamu bisa melihat grafik tentang jumlah klik dan jumlah halaman yang terindeks. Kamu juga bisa menemukan ringkasan pengalaman pengguna dari sisi Core Web Vitals dan HTTPS serta bagian enhancement untuk melihat melacak struktur data website.

Selain itu kamu juga bisa menemukan Search Console Insights untuk melihat insight-insight menarik dari konten di website.

Performance

Bagian performance menyediakan berbagai metrik data yang lebih lengkap tentang bagaimana situs kamu tampil di hasil pencarian Google.

Fitur Performance Google Search Console

Beberapa metrik ini meliput jumlah klik, jumlah tayangan, rata-rata click-through rate (CTR) dan posisi rata-rata di SERP.

Tidak hanya itu, kamu juga bisa melihat beberapa kueri penelusuran mana yang paling banyak dan halaman mana yang menghasilkan trafik tinggi. 

URL Inspection

Fitur ini berfungsi untuk memeriksa bagaimana Google membaca sebuah URL di suatu website. Dari sini kamu bisa mengetahui apakah URL tersebut aktif,  sudah diindeks atau terdapat error.

Fitur URL Inspection Google Search Console

Jika halaman tersebut belum terindeks, GSC juga memberikan informasi mengenai penyebabnya sehingga kamu bisa mengetahui bagian mana yang perlu diperbaiki.

Atau kamu juga bisa mengirimkan permintaan ke Google untuk mengindeks halaman tersebut.  

Tab Indexing

Tab yang satu ini terdiri dari beberapa fitur seperti pages, sitemaps dan removals. Dari sini kamu bisa melihat data halaman web mana saja yang sudah diindeks dan yang tidak terindeks.

Fitur ini memberikan informasi mengenai penyebab yang menimbulkan masalah indexing di website. Selain itu kamu fitur ini juga menyediakan pendaftaran sitemap web serta halaman yang ingin dihapus.

Tab Experience

Tab experience memberikan informasi tentang pengalaman pengguna di suatu website yang terangkum dalam Core Web Vitals.

Fitur Tab Experience Google Search Console

Core Web Vitals adalah kumpulan metrik yang mengukur pengalaman pengguna berdasarkan waktu pemuatan, interaktivitas dan stabilitas visual. 

Kamu juga bisa melihat sejauh mana pengalaman pengguna website di desktop dan mobile serta masalah-masalah lainnya yang mempengaruhi pengalaman pengguna. Tab ini juga memperlihatkan url yang memiliki HTTPS dan yang tidak.   

Baca Juga: Apa itu Redirect? Ketahui Jenis, Manfaat dan Cara Melakukannya

Enhancements

Fitur ini menampilkan beberapa rekomendasi dari Google yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas website yang berhubungan dengan struktur data web.

Fitur Enhancements pada Google Search Console

Misalnya seperti penggunaan menggunakan schema markup, breadcrumbs dan sitelinks search box. Maka tab ini akan menunjukkan apakah ada kesalahan atau cara meningkatkan implementasinya.  

Baca Juga: Apa itu Redirect? Ketahui Jenis, Manfaat dan Cara Melakukannya

Cara Menggunakan GSC

Untuk mengoptimalkan hasil dari penggunaan GSC, berikut hal-hal yang perlu kamu ketahui dalam menggunakan GSC. 

  1. Daftarkan Website pada Google Search Console

Langkah pertama yang perlu kamu lakukan sebelum menggunakan GSC adalah mendaftarkan dan menghubungkan website ke Google Search Console.

Caranya mudah, kamu hanya perlu masuk ke Google Search Console lalu klik “Mulai Sekarang”.

Pilih jenis properti yang sesuai dengan websitemu dan masukkan URL website di kolom yang disediakan. Lalu verifikasi kepemilikan situs dan jika berhasil kamu akan otomatis diarahkan pada dashboard GSC.

  1. Menambahkan XML Sitemap

Setelah websitemu terdaftar, langkah selanjutnya adalah segera tambahkan sitemap websitemu. Sitemap adalah peta situs yang berisis semua halaman yang ada di website yang akan membantu Google memahami struktur websitemu.

Cara menambahkan sitemap bisa kamu lakukan dengan mengklik tab indexing lalu pilih sitemaps, masukkan URL sitemap versi XML dan klik submit.

Jika sudah sesuai, maka sitemap kamu akan ditandai dengan status sukses/berhasil.   

  1. Analisa Performa Website

Untuk melihat performa website kamu bisa klik bagian tab performance. Disini kamu bisa melihat grafik dari performa website dengan berbagai metrik seperti yang dijelaskan di atas.

Pada bagian ini kamu bisa melihat jumlah trafik berdasarkan negara, perangkat, tampilan pencarian serta tanggal. Data analitik ini bisa kamu filter dan bandingkan dengan periode atau jenis konten tertentu.

  1. Cek Indexing dan Crawling Website

Cara melihat halaman yang sudah diindeks adalah dengan melihat tab indexing lalu klik bagian pages (halaman). Kamu akan melihat daftar halaman yang sudah terindeks serta jumlah halaman yang belum terindeks.

Jika ada halaman yang belum terindeks kamu bisa gunakan fitur URL Inspection untuk memeriksa penyebabnya dan mengirimkan permintaan ke Google untuk segera mengindeks halaman tersebut. 

Sementara itu jika kamu ingin melihat proses crawling website, kamu bisa pergi ke bagian Settings atau pengaturan dan pilih bagian crawling.

Disini kamu bisa melihat laporan robots.txt dan status crawling yang dilakukan Googlebot atau web crawler.

  1. Informasi Masalah Keamanan

Untuk melihat informasi mengenai masalah keamanan kamu bisa klik tab Security & Manual Actions.

Tab ini berisi fitur security issues yang akan menginformasikan apakah ada masalah keamanan seperti malware atau peretasan.

Selain itu, kamu juga bisa menemukan fitur manual actions untuk melihat apakah ada penalti dari Google yang mempengaruhi visibilitas website di hasil pencarian.

Cek secara berkala bagian ini untuk memastikan websitemu bebas dari malware atau penalti dari Google.

Baca Juga: Apa itu Alt Text? Dan Fungsinya dalam Meningkatkan SEO

  1. Pengelolaan Link di Website

Untuk melihat kualitas dan relevansi link yang ada di website, pilih dan klik bagian tab links.

Bagian ini akan menunjukkan informasi tentang tautan internal dan eksternal yang ada di website.

Kamu juga bisa melihat website mana saja yang tertaut ke website, halaman mana yang paling banyak mendapatkan backlink, tautan teks apa yang berkaitan dengan website dan seberapa banyak tautan internal yang digunakan untuk menghubungkan halaman yang ada di dalam website.

Sekian pembahasan mengenai apa itu Google Search Console atau GSC, fitur-fitur yang ada di dalamnya serta cara praktis menggunakannya.

Dengan memahami fitur-fitur utama yang ada di GSC, kini kamu bisa memantau performa website di Google dengan lebih optimal.

GSC perlu digunakan secara rutin untuk memantau kinerja website dan mendapatkan data analitik website.

Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Referensi:

Apa itu Google AMP? Pengertian, Cara Kerja dan Cara Mengoptimalkannya

Website yang memuat dengan cepat cenderung disukai pengguna dan berpotensi meraih peringkat lebih baik di mesin pencari. Salah satu teknologi yang dirancang khusus untuk mempercepat pemuatan halaman web adalah Accelerated Mobile Pages (AMP).

Meski terdengar teknis, AMP penting dipahami oleh pengelola website karena berperan dalam optimasi teknikal SEO dan meningkatkan pengalaman pengguna.

Untuk memahami apa itu AMP, cara kerja, dan cara optimasinya, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Baca Juga: Apa itu Canonical URL atau Tag? Manfaat dan Cara Penggunaanya

Pengertian AMP

Accelerated Mobile Pages atau AMP adalah sebuah perangkat open-source yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan pemuatan halaman web di perangkat mobile.

AMP dikembangkan oleh Google untuk mengatasi masalah lambatnya pemuatan halaman web, terutama ketika diakses melalui perangkat mobile.

AMP dihasilkan dari kerangka kerja HTML yang disederhanakan dan mengoptimalkan konten serta struktur website untuk perangkat mobile.

Hasilnya, halaman AMP dapat dimuat dalam waktu singkat, meskipun koneksi internet sedang lambat.  

Singkatnya, AMP adalah versi “ringan” dari halaman website biasa. Tujuannya agar memastikan pengguna mendapatkan pengalaman akses website yang lebih cepat, mudah, dan nyaman di perangkat mobile. 

Penggunaan AMP sangat bermanfaat untuk website karena dapat mendorong pengunjung tetap bertahan di website dan tidak meninggalkan halaman karena waktu loading yang lama.

Baca Juga: Apa itu Redirect? Ketahui Jenis, Manfaat dan Cara Melakukannya

Kenapa Harus Menggunakan AMP?

Kecepatan dalam load page sangat krusial, sekitar 40% pengguna akan meninggalkan situs jika loading-nya lebih dari tiga detik.

Dengan AMP, halaman dapat dimuat rata-rata dalam 1,6 detik bahkan di jaringan 3G, jauh lebih cepat dibandingkan halaman biasa yang bisa memakan waktu lebih dari 7 detik.

Penerapan AMP terbukti meningkatkan performa situs: bounce rate turun hingga 26%, waktu kunjungan meningkat 2,5 kali lipat, dan konversi naik hingga 20%.

Teknologi ini sangat efektif untuk blog, media berita, atau situs konten ringan lainnya yang umumnya mengutamakan kecepatan akses dan tampilan sederhana.

Dengan mengadopsi AMP, kamu bisa memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna mobile, lebih cepat, lebih efisien, dan lebih berpeluang mengonversi pengunjung menjadi pelanggan.

Baca Juga: Apa itu Web Crawler? Cara Kerja, dan Contoh Web Crawling

Bagaimana Cara Kerja AMP?

Accelerated Mobile Pages (AMP) adalah framework open-source yang dirancang untuk memuat konten web pada perangkat seluler secara sangat cepat, rata-rata di bawah satu detik dari hasil pencarian Google hingga tampilan penuh konten pada layar pengguna.

Kecepatan ini dicapai berkat tiga komponen inti AMP: AMP HTML, AMP JS, dan AMP Cache

1. AMP HTML

AMP HTML adalah subset khusus dari HTML standar yang dipangkas dan diatur dengan ketat untuk performa tinggi. Beberapa hal pokoknya:

  • Pembatasan Tag: Elemen yang berpotensi memperlambat render—seperti <form> biasa atau <video> non-AMP—dilarang.
  • Komponen AMP: Tag seperti <amp-img> menggantikan <img> sehingga ukuran elemen sudah ditentukan sejak awal, mencegah perubahan tata letak saat konten dimuat.
  • CSS Ter-inline dan Ringkas: Hanya diizinkan CSS inline dengan batasan ukuran maksimum, serta pelarangan selector kompleks agar browser bisa melakukan rendering lebih cepat.

2. AMP JS

Library AMP JS bertugas mengelola pemuatan dan rendering komponen AMP secara non-blokir:

  • Loading Asinkron: Semua skrip pihak ketiga dipanggil secara asinkron, sehingga parsing HTML tidak terhambat.
  • Sandboxed Iframes: Iklan atau widget pihak ketiga ditempatkan dalam iframe ter-sandbox untuk menjaga agar aktivitas eksternal tidak mengganggu kinerja halaman utama.
  • Pra-perhitungan Layout: Tata letak setiap elemen dihitung terlebih dulu sebelum resource eksternal dimuat, sehingga browser langsung menggambar ulang tanpa harus menghitung ulang struktur halaman.

3. AMP Cache

AMP Cache adalah jaringan CDN proxy yang menyimpan salinan halaman AMP yang sudah tervalidasi:

  • Validasi Otomatis: Setiap halaman AMP diperiksa sesuai spesifikasi sebelum disajikan, sehingga terjamin bebas elemen yang melanggar aturan performa.
  • Pengiriman via CDN: Dengan server terdekat, halaman disajikan dengan latensi minimal—hasilnya, waktu muat jauh lebih singkat.
  • Pembaruan Terjadwal: Pemilik situs dapat memicu pembaruan cache agar konten terbaru segera tersedia bagi pengguna.

Dengan tiga lapisan optimasi ini, struktur HTML yang ramping, skrip JavaScript yang diatur ketat, dan penyajian via CDN ter-cache, AMP mampu menghadirkan pengalaman browsing seluler yang sangat responsif, membantu meningkatkan kepuasan pengguna dan mendukung performa SEO.

Baca Juga: SEO Copywriting: Pengertian, Teknik dan Tips Menulisnya

Kelebihan dan Kekurangan AMP

Selain manfaat di atas, AMP memiliki beberapa kelebihan lain yang dapat membantu meningkatkan performa website di mesin pencari di perangkat mobile. Berikut ini beberapa kelebihan dari penggunaan AMP di website:

  1. Mempercepat waktu pemuatan. Kelebihan pertama dari penggunaan AMP adalah dapat membuat waktu muat halaman menjadi jauh lebih cepat. AMP mengoptimalkan elemen-elemen halaman web agar memuat lebih cepat, sehingga pengguna dapat mengakses konten dengan lebih mudah dan tidak lama.
  2. Meningkatkan visibilitas di SERP. Halaman yang dioptimalkan dengan AMP cenderung mendapatkan lebih banyak visibilitas di hasil pencarian khususnya di tampilan seluler. Kalau kamu melihat halaman dengan ikon petir itulah salah satu penanda AMP di search engine. Halaman tersebut pun biasanya memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan klik atau kunjungan.
  3. Meningkatkan ranking website pada perangkat mobile. Karena tujuan utama AMP adalah percepatan pemuatan halaman web di perangkat seluler, maka search engine akan memprioritaskan halaman tersebut untuk diindeks lebih dulu sehingga meningkatkan ranking SEO di hasil pencarian seluler.

Sementara itu, bukan berarti AMP tidak memiliki kekurangan, berikut beberapa hal yang menjadi kekurangan dari penggunaan AMP, yaitu:

  1. Framework yang terbatas. AMP menggunakan framework yang cukup terbatas sehingga membatasi fleksibilitas desain dan fungsionalitas. Hal ini tentu akan menyulitkan para developer untuk menerapkan elemen-elemen yang lebih kompleks di halaman tersebut.
  2. Ekstra implementasi dan optimasi. Implementasi AMP memerlukan waktu dan usaha yang besar karena banyak developer yang belum familiar dengan framework ini. Selain itu, optimasi konten untuk AMP bisa memakan waktu lebih lama karena harus disesuaikan dengan standar AMP yang ketat.
  3. Butuh double crawling. Halaman yang menggunakan AMP harus memiliki dua versi, satu versi standar dan satu versi AMP. Ini berarti mesin pencari harus melakukan crawling dua kali untuk setiap halaman. Hal ini tentunya meningkatkan upaya crawling dan bahkan memperlambat proses indexing.
  4. Melemahkan identitas website. Ketika pengguna mengakses halaman AMP mereka melihat versi halaman yang dikelola oleh AMP viewer dari mesin pencari. Hal ini dapat mengurangi kontrol atas pengalaman pengguna karena mengurangi identitas website. Halaman yang dibuat versi AMP seringnya tidak tampil persis seperti yang dirancang oleh developer website.

Cara Mengoptimalkan Halaman AMP

Untuk memastikan halaman AMP dapat berguna secara optimal dan memberikan hasil terbaik, ada beberapa langkah yang perlu kamu lakukan, yaitu:

  1. Tentukan halaman AMP yang tepat. Pastikan kamu memilih halaman dengan informasi yang utama sehingga perlu dimuat dengan cepat. Misalnya seperti halaman artikel berita atau halaman produk.
  2. Buat keterhubungan antara dua versi halaman. Halaman AMP harus terhubung dengan versi non-AMP dari halaman tersebut lewat penggunaan tag rel=”amphtml”. Hal Ini akan membantu mesin pencari memahami bahwa kedua halaman tersebut saling terkait dan bahwa halaman AMP adalah versi ringan dari halaman utama.
  3. Cek dan monitor performa halaman AMP. Lihat performa halaman AMP menggunakan alat analisis guna memantau waktu muat dan konversi dari halaman AMP. Pastikan juga untuk secara rutin memantau halaman AMP agar halaman tersebut tetap optimal dan tidak ada kesalahan validasi.

Dengan memahami kelebihan dan kekurangan AMP serta cara mengoptimalkan halaman AMP, kamu bisa memutuskan apakah penggunaan ini tepat untuk websitemu. Ingat bahwa AMP hanya berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna di perangkat mobile.

Nah itulah beberapa penjelasan yang perlu kamu ketahui tentang Accelerated Mobile Pages (AMP).

Jika kamu ingin meningkatkan performa SEO website agar lebih baik di mesin pencari, maka mempertimbangkan pengguna AMP adalah hal yang wajib tidak terlewat.

Ingat bahwa tidak ada pengguna yang menyukai website dengan waktu pemuatan yang lama.

Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Referensi:

Apa itu Canonical URL atau Tag? Manfaat dan Cara Penggunaanya

Dalam praktik SEO, sebaiknya suatu website menghindari pembuatan halaman yang memiliki konten atau informasi yang serupa.

Konten yang tumpang tindih seperti ini pasti akan menyulitkan para pengguna dalam memahami perbedaan isi konten. Hal ini tentu harus diatasi salah satunya dengan menggunakan canonical tag.

Canonical tag mungkin salah satu hal yang tidak asing bagi para pengelola website.

Namun jika kamu belum mengetahuinya tidak perlu khawatir, kali ini artikel akan membahas tentang apa itu canonical tag, manfaatnya untuk optimasi website serta cara mengimplementasinya. Yuk simak lebih lanjut.

Baca Juga: Apa itu Redirect? Ketahui Jenis, Manfaat dan Cara Melakukannya

Apa itu Canonical Tag

Canonical tag adalah sebuah tag HTML (Hypertext Markup Language) yang digunakan untuk memberitahukan mesin pencari tentang halaman mana yang ingin ditampilkan di SERP. 

Mengapa demikian? hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konten duplikat karena ada halaman yang memiliki pembahasan yang serupa.

Search engine tidak ingin menampilkan konten yang memiliki duplikat sehingga kamu harus menetapkan satu halaman yang akan menjadi halaman utama/acuan.

Lantas bagaimana cara menggunakan tag canonical? Caranya dengan menambahkan tag berikut di bagian <head> halaman yang menjadi variasi dari halaman utama:

<link rel="canonical" href="https://namawebsite.com/blog/A.html" />

Secara umum, berikut beberapa kondisi yang membuat kamu perlu melakukan canonical:

  1. Terdapat beberapa versi halaman yang sama karena parameter UTM atau versi AMP. 
  2. Konten yang terdiri dari kata kunci yang sama atau serupa.
  3. Halaman dengan paginasi.
  4. Halaman yang memiliki versi HTTP dan HTTPS.
  5. Konten dengan bahasa yang sama untuk varian wilayah dengan URL yang berbeda.

Canonical juga bisa dilakukan untuk konten yang dipublikasi ulang di beberapa domain lain sehingga tetap menjadikan konten di websitemu sebagai halaman rujukan utama. 

Walaupun tag ini tidak secara langsung mempengaruhi ranking website, namun hal ini bisa jadi salah satu praktik penerapan terbaik yang bisa membantu menaikkan reputasi website.

Baca Juga: Apa itu Web Crawler? Cara Kerja, dan Contoh Web Crawling

3 Manfaat Utama Canonical Tag

Canonical tag sangat penting dalam mendukung optimasi website, di bawah ini berikut beberapa manfaat dari penggunaan canonical tag, yaitu:

  1. Menentukan Halaman yang Diinginkan

Canonical tag sangat berguna untuk menentukan versi halaman mana yang ingin ditujukan di SERP. Halaman yang disertakan dalam tag kanonikal akan menjadi referensi utama bagi mesin pencari untuk menempatkannya di mesin pencari.

Sebelum menentukan halaman yang utama, pastikan halaman tersebut adalah halaman dengan versi yang paling lengkap dengan informasi terbaru dibandingkan versi halaman yang lain.

  1. Mempermudah Pelacakan

Canonical tag dapat mempermudah pelacakan dari versi url yang berbeda.  Hal ini tentu akan mempermudah kamu dalam melacak dan menentukan versi url mana yang lebih efektif dan lebih banyak mendatangkan trafik untuk website. Dengan begitu kamu bisa mengoptimasi website dengan lebih tepat. 

  1. Menggabungkan Sinyal dari Halaman Berbeda 

Dengan canonical tag, kamu akan lebih mudah mengelola konten lewat sinyal link yang ada. Hal ini karena halaman variasi akan diarahkan ke versi halaman utama lewat sinyal tag kanonik.

Ini akan sangat membantu search engine untuk melihat relevansi konten yang ada di website sehingga dapat meningkatkan peringkat halaman di hasil pencarian.

Baca Juga: SEO Copywriting: Pengertian, Teknik dan Tips Menulisnya

5 Implementasi Canonical Tag

Implementasi canonical tag harus dilakukan dengan tepat karena dapat mendukung keberhasilan strategi SEO. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan canonical tag:

  1. Periksa Keaktifan URL dan Domain

Pastikan URL dan domain yang digunakan dalam tag canonical telah sesuai dan benar. Artinya, URL dan domain tidak kadaluwarsa dan teruji aktif sehingga bisa diidentifikasi oleh mesin pencari. Pastikan juga jika telah melakukan pengalihan pada halaman lama ke halaman yang baru.

  1. Pastikan Satu Canonical per Halaman

Setiap halaman hanya boleh memiliki satu canonical tag, sehingga pastikan hanya ada satu tag canonical di halaman tersebut.

Jika sebuah halaman memiliki lebih dari satu tag canonical, ini bisa menyebabkan masalah pengindeksan dan membuat mesin pencari bingung url mana yang lebih diutamakan. . 

  1. Self Referencing Canonical Tag

Self Referencing Canonical Tag adalah kondisi dimana tag kanonikal dimasukkan di halaman itu sendiri.

Banyak yang mengira bahwa tag kanonikal hanya diperuntukkan pada halaman lain, padahal tidak masalah jika tag kanonik menunjuk ke URL halaman itu sendiri.

Praktik ini dapat membantu mesin pencari memahami bahwa halaman yang diakses adalah versi utama sehingga bisa menekankan otorisasi halaman.

  1. Penggunaan Sitemap

Sitemap adalah berkas yang mencantumkan semua URL di situs web. Penggunaan sitemap dapat membantu untuk menentukan URL kanonik setiap halaman.

Selain itu, sitemap dapat membantu mesin pencari memahami hirarki dan struktur halaman website sehingga mesin pencari hanya mengindeks versi halaman yang diinginkan.  

  1. Penggunaan Hreflang

Hreflang adalah sebuah anotasi yang memisahkan bahasa dan wilayah halaman web. Hal ini tentu akan membantu kamu dalam menetapkan tag kanonikal untuk halaman dengan konten serupa tetapi bahasa atau wilayah berbeda.

Sehingga dapat dipastikan bahwa pengguna melihat versi konten yang paling relevan berdasarkan lokasi dan bahasa mereka.

Baca Juga: Apa itu Alt Text? Dan Fungsinya dalam Meningkatkan SEO

Itulah serangkaian pembahasan tentang canonical tag, manfaat serta implementasi penggunaannya.

Menerapkan canonical tag untuk website dapat membantu mengoptimalkan performa SEO website sehingga dapat menghindari masalah yang muncul akibat konten yang duplikat.

Optimalkan website dan strategi digital marketing bisnis bersama Croloze! Dapatkan audit SEO gratis dan konsultasi langsung dengan tim ahli kami. Klik di sini untuk terhubung dengan Digital Agency Croloze.

Referensi: